Upaya klarifikasi yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan dengan “pengawalan” dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Urusan Logistik (Bulog), dinilai bentuk kepanikan yang luar biasa atas respons publik yang mencurigai ada permainan antara importir dengan pemerintah.
Semangat mengimpor itu katanya mendapatkan komisi, maka terjadi over stock (kelebihan stok) dan akhirnya tertumpuk di gudang tidak terpakai.
Rizal Ramli menyatakan, pada zaman Presiden Soeharto, Indonesia memberikan pinjaman ke Vietnam saat kesulitan panen, bahkan mengirim pangan ke Afrika saat mengalami kesulitan pangan.
“Memang aneh bin ajaib Inpres ini dari tahun 2005 hingga 2018 belum diganti, sehingga jika Bulog membeli kemahalan akan menjadi masalah, akan bisa dipenjara pegawainya, dan akhirnya akan kalah bersaing dengan pihak swasta yang bisa mobile dan bayar cash.”