KALIMAT yang umum disampaikan di antara kaum perempuan dalam percakapan tentang kesehatan dan kehidupan sehari-hari, adalah mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan.
Di Australia, iklan yang diprakarsai Departemen Kesehatan atau Pemerintah Lokal adalah mengingatkan perempuan untuk melaksanakan pap smear melalui pengumuman yang ditempelkan pada bagian belakang pintu toilet umum. Hal ini dalam upaya meningkatkan tingkat kesadaran akan pentingnya melakukan check-up, karena kaum perempuan kunci dalam mencegah eskalasi kanker serviks dan kematian.
Jawaban atas pertanyaan ini biasanya, “Tidak, aku belum (menjalaninya), tapi aku akan melakukannya.”
Hal ini kontras dengan situasi di Turki. Di negara itu membahas topik-topik seperti itu sebagian besar masih dianggap tabu, terutama bagi perempuan yang belum menikah karena seakan-akan diasumsikan mereka telah melakukan hubungan seks pranikah.
Meskipun seks pranikah jarang terjadi di Turki, tetapi masalah yang terkait dengan pemeriksaan pap smear sebenarnya merupakan kebutuhan yang menyeluruh, untuk membangun kesadaran pentingnya melakukan check-up. Membangun kesadaran ini tidak terbatas pada sekelompok kecil perempuan yang terlibat dalam “perilaku tidak pantas”.
Laman Hurriyet Daily News belum lama ini menulis, dari fakta yang disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus HPV, yang menyebabkan kanker serviks, paling umum menginfeksi saluran reproduksi. Sebagian besar orang yang aktif secara seksual mudah terinfeksi di beberapa titik dalam kehidupan mereka.
Pusat Kanker Australia menempatkan 80 persen orang dewasa paling banyak terinfeksi. Dengan lebih dari 100 jenis HPV, sebagian besar infeksi memang sembuh dengan sendirinya. Namun, sebagian kecil dapat mengarah pada perkembangan kanker.
Sebagian besar diasumsikan ditularkan melalui hubungan langsung, berupa virus yang ditularkan melalui kontak kulit ke kulit. Hal ini memerlukan tingkat kesadaran pada masyarakat yang lebih luas.
Di Turki membahas topik tersebut dipandang seakan-akan mengakui perilaku tidak cocok untuk perempuan, atau bahkan lebih buruk lagi seakan-akan mengakui telah “terinfeksi”. Padahal sebagian besar perempuan memiliki risiko terinfeksi, dan lebih dari 85 persen kasus terjadi di negara berkembang.
Menurut World Cancer Research Fund International, kanker serviks merupakan kanker yang yang berada di peringkat ketujuh di dunia. Terhitung empat persen dari kasus kanker di seluruh dunia.
Kanker serviks ini pernah menjadi salah satu penyebab kematian bagi perempuan di Amerika. Tetapi antara tahun 1955 dan 1992 telah menurun sebanyak 70 persen. Saat ini paling banyak ditemukan di negara-negara berkembang.
Penurunan di AS, menurut Pusat Kanker Amerika, terkait dengan pelaksanaan Pap Smear, yakni suatu pengamatan dalam perubahan pada serviks. Kanker yang belum berkembang memungkinkan diobati.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Di negara-negara Barat sekarang, vaksin pencegahan tersedia secara luas dan diberikan kepada gadis-gadis muda agar mereka kebal terhadap virus. Pemerintah Australia menawarkan vaksin Gardasil gratis untuk perempuan di bawah usia 26 untuk langkah-langkah pencegahan.
Sementara pada masyarakat Turki, perempuan tidak memiliki jaringan dukungan untuk membimbing mereka, dan memastikan mereka memahami fakta-fakta tersebut. Sedang pada perempuan menikah yang berada di luar kota besar, mungkin lebih terpisah lagi dari segala bentuk diskusi yang akan menerangkan mereka tentang risiko kanker tersebut.
Masyarakat Turki tampaknya sekarang sedang tumbuh menjadi lebih konservatif, padahal kondisi semacam ini akan menimbukan resiko lebih besar.*