SECARA etimologi, kata “adab” dimaknai sebagai kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Adapun “beradab” berarti mempunyai adab, mempunyai budi bahasa yg baik, berlaku sopan (www.kbbi.web.id).
Menurut KH. Hasyim Asy’ari seperti dikutip Adian Husaini mengatakan, adab adalah satu istilah khas dalam agama Islam seperti halnya makna iman, Islam, ibadah dan lainnya. Adab bukanlah sekedar “sopan santun” atau baik budi bahasa, atau yang populer hari ini dengan istilah membangun karakter (character building) dalam suatu pendidikan.
Membaca penjelasan para ahli tafsir pada ayat “ya ayyuha alladzina amanu qu anfusakum wa ahlikum naran” (Surah at-Tahrim [66]: 6) tentang perintah menjaga keluarga dari api neraka, terdapat korelasi kuat antara pendidikan dan adab.
Abdurrahman Nashir as-Sa’di, misalnya, memaknai perintah tersebut dengan makna pendidikan adab dan ilmu. Ia menyatakan “wa wiqayah al-ahli wa al-aulad bi ta`dibihim wa ta’limihim wa ijbarihim ‘ala amrillah” [Dan penjagaan istri dan anak-anak itu dengan cara mengajari mereka “ta`dib” /pendidikan adab dan “ta’lim” (pendidikan ilmu)].
Senada di atas, pendapat Ali bin Abi Thalib dalam Tafsir Ibn Katsir, berkata bahwa yang dimaksud perintah memelihara diri dan keluarga adalah ajarilah mereka adab dan ilmu (addibuhum wa ‘allimuhum).
Dalam kitab tafsir yang lain, Mufassir al-Maraghi menyatakan, ayat itu mengandung perintah ajarilah ketaatan kepada Allah dan mengerjakan seluruh perintah-Nya. Sebagaimana kalian juga memiliki kewajiban dalam mendidik keluarga dengan amal melalui nasihat dan adab. “wahmiluhum ‘ala dzalika bi an-nushhi wa at-ta`dib”.
Menurut Muhammad Syed Naquib al-Attas, pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab dalam diri seseorang, ini disebut dengan ta’dib. Al-Qur’an menegaskan bahwa contoh ideal bagi orang yang beradab adalah Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam Muhammad. Olehnya, tujuan pendidikan Islam adalah melahirkan manusia yang beradab atau manusia yang baik (to produce a good man).
Manusia beradab atau insan adabiy adalah manusia yang mengenal Tuhannya, mengenal dan mencintai Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallamnya, menjadikan Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam sebagai uswatun hasanah, menghormati para ulama sebagai pewaris Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallam, memahami dan meletakkan ilmu pada tempat yang terhormat. Ia juga bisa memilah dan memahami antara ilmu yang bermanfaat dan yang merusak, serta sanggup menjalankan fungsi sebagai abdullah dan khalifah di muka bumi.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Terakhir, dekandensi adab dan akhlak saat ini tentu bukan tanpa penyebab. Salah satunya adalah ketika seorang guru hanya tampil sebagai pemindah ilmu (tansfer of knowledge) tanpa mencontohkan keteladanan dan pendidikan adab (transfer of value). Akibatnya, mereka memiliki ilmu pengetahuan yang luas tapi justru kacau dengan pemikirannya sendiri (confusion of knowledge).*/Masykur Abu Jaulah