Oleh: Jyoti Yadav
Hidayatullah.com | INDIA BARU mempunyai solusi baru – menyalahkan Muslim, jika memungkinkan. Jika anda memiliki masalah atau terjebak dalam situasi sulit, anda hanya perlu mencari seorang Muslim untuk disalahkan. Anda tidak hanya secara efektif menyelesaikan situasi itu, anda dapat mengaktifkan ‘pejuang’ Hindu di media sosial, dan mendorong polisi dan pemerintah untuk bertindak.
Apakah anda ikut terluka dengan berita kematian seekor gajah hamil di distrik Palakkad di Kerala setelah secara tidak sengaja memakan buah nanas berisi peledak dan disebarkan agar menimbulkan kemarahan? Fakta bahwa tidak ada satupun yang merayakan kematian gajah, tidak seperti mereka yang mendapat kenikmatan dari kematian ratusan warga Pakistan dalam kecelakaan pesawat di Karachi di baru-baru ini, pasti mengecewakan.
Yah, India beruntung. Medianya memainkan perannya dengan mengubah lokasi dari insiden kematian gajah itu dari Palakkad ke Malappuram – sebuah distrik mayoritas Muslim. Yang dibutuhkan sekarang adalah mengeksplotasi berita itu, dan menyebarkan rumor bahwa itu adalah pekerjaan seorang ‘Muslim’. Media juga membantu anggota parlemen Partai Bharatiya Janata (BJP) Maneka Gandhi – seorang aktivis hak-hak hewan dan mantan menteri – maju untuk mendukungnya, dan juga menambahkan lapisan baru sudut pandang komunal ke dalam kisah kematian gajah itu dengan memasukkan aliran informasi salah yang tak berujung tentnag Malappuram yang didominasi Muslim.
Tidak lama, menteri BJP lain seperti Prakash Javadekar, pemimpin partai, nasionalis abadi Akshay Kumar, dan olahragawan seperti Virat Kohli muncul di media sosial meneriakkan suara hati mereka – setelah diam selama dua bulan ketika ratusan buruh dan warga miskin India tewas di jalanan atau di kereta karena pemerintah Narendra Modi tidak dapat berbuat banyak setelah mengumumkan penguncian wilayah ketat untuk melawan pandemi virus corona. Untuk membuat kisah ‘Muslim yang bertanggungjawab’ lebih kredibel, jurnalis pro-pemerintah seperti Deepak Chaurasiya mengumumkan bahwa dua Muslim telah ditahan. Apakah akan menjadi perhatian kalau polisi telah menangkap satu orang dan dia bukan Muslim?
Sebuah Strategi Efektif
Sudut pandang ‘Muslim’ ini memastikan bahwa tidak hanya para menteri yang sebelumnya diam menjadi aktivis dalam semalam, menjanjikan bahwa pemerintah Modi “tidak akan membiarkan satupun pelaku lolos” dalam menyelidiki kematian hewan tersebut, tetapi bahkan masyarakat mayoritas mendapatkan masalah baru untuk semakin mendorong kefanatikan.
Namun kemarahan publik ini selain komunal, ini juga sangat selektif. Para buruh Lakh berjalan kaki ribuan kilometer untuk mencapai rumah mereka di kampung setelah lockdown diumumkan namun tidak ada seorangpun pejabat atau pemimpin yang bertanggungjawab terhadap kesengsaraan yang mereka alami.
Ketika pandemi virus corona merebak pada Januari dan sejumlah negara dunia mulai mengambil langkah pencegahan, India sibuk menyambut Presiden AS Donald Trump di akhir Februari. Bulan berikutnya, pada 11 Maret, markas BJP menunggu kedatangan Kongres impor Jyotiraditya Scindia untuk secara resmi bergabung dengan partai sementara tidak khawatir tentang pandemi.
Dan kemudian datanglah berita tentang pertemuan Jamaah Tabligh (JT), yang diselenggarakan pada 13-15 Maret, dan laporan bahwa beberapa dari yang hadir teruji positif Covid-19. Sekarang, seluruh negeri menyadari bahayanya virus corona, belajar tentang social distancing (pembatasan sosial) dan mengapa harus mengenakan masker atau menghindari pertemuan agama, dan pentingnya untuk melaporkan apapun kepada polisi. Sejak itu, permainan menyalahkan Jamaah Tabligh tidak berhenti, dengan kepala menteri di negara-negara bagian yang dipimpin BJP – dari Uttar Pradesh dan Gujarat hingga Madhya Pradesh dan Uttarakhand – meminta mereka bertanggung jawab atas penyebaran virus corona.
Tidak sampai di situ saja, pemerintah Modi juga telah membuat daftar hitam sekitar 2.600 anggota Jamaah Tabligh yang tidak akan bisa masuk ke India selama 10 tahun ke depan.
Mendorong Polisi untuk Bertindak
Solusi ‘menyalahkan Muslim’ India juga terbukti menjadi alat yang efektif dalam menegakkan hukum. Dalam sebuah kasus kematian yang mencurigakan, jika polisi tidak mengambil tindakan apapun selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, maka cukup salahkan Muslim dan semua bagian pemerintah akan segera bertindak.
Seorang anak laki-laki tenggalam di Gopaganj, Bihar pada Maret namun hanya sedikit kejelasan ditemukan dalam penyelidikan polisi. Kemudian sebuah situs bernama OpIndia, yang dikenal menyebarkan berita palsu, memuat berita yang menyatakan bahwa anak laki-laki itu “dikorbankan” di masjid dan pasukan polisi dengan cepat bertindak untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dalam beberapa hari, Direktur Jenderal Polisi Bihar secara pribadi mengunjungi desa itu dan memastikan bahwa korban memang tenggelam dan tidak ada keterlibatan ‘Muslim’ dalam kematian itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Jika ada masalah dalam hubungan pasangan antaragama, yang disalahkan sang pria Muslim dan hubungan mereka akan disebut ‘love jihad’ atau ‘jihad cinta’. Masyarakat Hindu akan bergotong royong ‘membantu’ perempuan itu untuk mendapatkan ‘keadilan’.
Apakah anda ingin kuil lokal anda yang selama bertahun-tahun tidak didatangi orang direvonasi? Gunakan kekuatan yang diberikan kepada anda oleh WhatsApp untuk menyebarkan rumor bahwa Muslim telah meletakkan kalajengking di situs kuil dan masyarakat Hindu bersama-sama akan bangkit untuk memastikan kehidupan anda aman dan dapat melakukan peribadatan di kuil itu.
Untuk negara besar seperti India, dengan pemerintah menyerahkan kepada warganya untuk menjaga dirinya sendiri, ini adalah momen pembalasan dan kenyamanan bahwa semua masalah sekarang memiliki satu solusi mudah: salahkan Muslim.*
Penulis adalah seorang jurnalis India. Artikel ini dimuat di Theprint