SEBENTULNYA saya tidak tertarik untuk menjawab secara khusus beberapa tulisan yang mengkritik tulisan saya yang berjudul “Ada Banyak ‘al-Nimr’ di Iran”. Tetapi saya merasa perlu menjawab beberapa bagian dari tulisan Dina Sulaeman yang berjudul “Di manakah ribuan al-Nimr itu Alwi”.
(1). “Al-Nimr” yang saya gunakan di dalam tulisan menggunakan tanda kutip. Itu tidak untuk dibandingkan aple to aple dengan al-Nimr yang dieksekusi di Saudi. Yang dimaksud sebagai ada banyak “al-Nimr” di Iran pada tulisan saya mengacu pada orang-orang yang dianggap sebagai korban represi pemerintah dan dieksekusi tanpa proses hukum yang adil. Untuk kasus di Iran, yang saya maksudkan adalah apa yang berlaku sejak awal revolusi hingga sekarang.
(2). Tulisan saya memang lebih banyak menyuarakan warga Iran yang merasa mendapat perlakuan tidak adil dan telah diperlakukan secara represif oleh pemerintah Iran. Respons pemerintah Iran pada umumnya menolak (denial) atas terjadinya hal-hal ini. Tetapi ada terlalu banyak laporan tentang masalah ini yang datang dari korban atau keluarga korban, dan disuarakan antara lain oleh Iran human rights, amnesty international, media-media massa, serta website milik kalangan oposisi. Sebagian masalah ini juga diangkat oleh akademisi, termasuk Abrahamian dalam Tortured Confession. Mungkin laporan-laporan ini perlu dibaca dengan hati-hati, tetapi tidak mungkin seluruhnya bersifat fiktif, mengingat banyak isinya yang konsisten dalam menggambarkan sikap dan perilaku pemerintah Iran terhadap warganya yang berseberangan pandangan politik. Sebagian isi laporan kemanusiaan ini akan saya tuangkan dalam beberapa tulisan lainnya insya Allah.
(3). Dalam hal ini saya memang mengkritik pemerintah Iran. Tapi itu bukan berarti saya menganggap buruk semua yang berlaku di Iran, dan juga tidak berarti saya membela pihak-pihak yang berseberangan dengan Iran, atau kalaupun ada yang kebetulan saya bela, tidak berarti saya setuju dengan pihak tersebut dalam segala hal. Hanya saja dalam masalah HAM dan kemanusiaan, saya memang melihat ada masalah yang serius di Iran, dan pemerintah Iran melakukan hal ini atas nama Islam. Ini hal yang memalukan.
(4). Tentang tuduhan “telah membunuh imam Shalat Jumat yang Sunni” terhadap Shahram Ahmadi memang saya tidak menyebutkannya di dalam artikel, tetapi itu tidak ditujukan sebagai manipulasi. Banyak hal lain yang tidak saya sebutkan di dalam artikel terkait Shahram. Selain itu, apa yang disebutkan oleh artikel-artikel tersebut adalah “tuduhan”, bukan “bukti kejahatan”, bahwa Shahram telah membunuh imam shalat Jumat Sunni tersebut. Kalau memang ada bukti yang kuat Shahram telah melakukan apa yang dituduhkan itu, mengapa proses pengadilannya harus dilakukan dengan cepat dan tertutup, mengapa tidak dilakukan secara terbuka?
(5). Adalah tugas pemerintah Iran untuk menunjukkan pada keluarga korban dan kepada publik bukti-bukti yang jelas bahwa korban memang bersalah, begitu pula dengan korban-korban eksekusi dan penangkapan lainnya. Bukan tugas saya untuk membuktikan hal ini.
(6). Dina menunjukkan bunyi pasal Moharebeh dalam Undang-Undang Iran. Itu adalah satu hal. Pelaksanaannya oleh pemerintah Iran adalah hal yang lain lagi. Apakah Dina pikir hanya dengan menunjukkan bunyi pasal otomatis membuktikan bahwa pemerintah Iran sudah menjalankannya dengan betul?
(7).Terkait kutipan saya dari Iran Human Rights, tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa seorang yang mengutip informasi dari satu tulisan harus setuju dengan semua pandangan penulisnya. Memangnya kalau saya mengutip dari penulis Kristen berarti saya harus menjadi Kristen juga?
(8). Dina sendiri menyebutkan tingginya angka serangan teroris – menurut definisi Iran – di Iran. Tidakkah itu menimbulkan pertanyaan mengapa Iran mengalami hal itu? Apakah ini semata karena ‘teroris’ suka menyerang Iran, atau sebagian disebabkan Iran sendiri suka mencari musuh dan bersikap represif terhadap warganya?
(9). Tentang buku Tortured Confession karya Ervand Abrahamian, itu termasuk buku akademik. Buku itu diterbitkan oleh penerbit kampus dan dilengkapi data-data yang memadai, termasuk di dalamnya sumber-sumber primer, bukan hanya sumber sekunder. Abrahamian tentu mempertaruhkan gelar profesornya jika dia menulis bukunya dengan menjadikan “novel” sebagai rujukan utama. Karya Bozorg Alavi sendiri merupakan sebuah novel sejarah yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulisnya; novel dalam gaya bahasanya dan sebagian karakternya, bukan pada isinya. Abrahamian menempatkan tulisan Alavi sebagai contoh literatur perlawanan terhadap represi pemerintah Iran, bukan sebagai satu-satunya rujukan untuk buku Tortured Confession.
Abrahamian juga bukan hanya membaca “novel” Alavi, tetapi juga melakukan wawancara secara langsung dengan penulisnya. Dan yang paling penting, Bozorg Alavi adalah salah satu sumber Abrahamian untuk kasus-kasus PRA-REVOLUSI, BUKAN KASUS PASCA REVOLUSI IRAN.
(10). Sementara Dina yang “membaca scanning” buku Abrahamian lantas memberi kesan bahwa referensi utama buku itu adalah novel dan rujukannya semata-mata sumber sekunder. Apakah Dina sendiri tidak sedang berusaha memanipulasi pembaca? Atau yang dianggap sumber primer oleh Dina hanya laporan-laporan resmi pemerintah Iran?
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
(11). Saya tidak akan merasa heran jika Dina akan selalu berusaha untuk mendiskreditkan semua tulisan yang dianggap merugikan pemerintah Iran, walaupun itu tulisan akademik. Mengkritik silahkan saja, tapi baca dulu yang betul sebelumnya dan berikan kritik yang masuk akal.
(12). Saya sudah membaca beberapa artikel Dina Sulaeman, dan saya selalu mendapatinya sejalan dengan suara pemerintah Iran. Dina, Anda seorang pengamat atau seorang propagandis Iran?
(13). Tentang “ribuan al-Nimr” – perhatikan kembali penjelasan saya di awal tentang ini, dan bukan definisi yang dibuat Dina Sulaeman – sebetulnya bisa didapati antara lain di dalam buku Tortured Confession (dan beberapa sumber lainnya) kalau saja buku itu benar-benar dibaca, bukan sekedar “di-scan” dan distigmakan menjadi hanya sekedar sebuah catatan ulang atas novel dan sumber-sumber sekunder yang tidak bernilai.
(14). Tentang Saudi, silahkan dikritik, saya tidak tertarik untuk membela Saudi. Tulisan saya tidak dimaksudkan untuk membela Saudi, tetapi hanya untuk menunjukkan bahwa Iran memiliki masalah HAM yang serius.
(15). Kepada kalangan Syiah, kebanyakan Anda mungkin tidak suka dengan apa yang saya tulis. Saya hanya meminta satu hal. Saya tidak minta Anda untuk mempercayai apa yang saya tulis. Saya hanya meminta Anda untuk melakukan riset Anda sendiri. Jangan hanya membaca informasi versi pemerintah Iran. Baca juga informasi dari warga Iran yang berseberangan dengan pemerintah. Pikirkan baik-baik dan gunakan hati nurani.
(16). Untuk artikel Taufiq Haddad, saya minta maaf karena tidak akan menjawabnya secara khusus.
Sekian, terima kasih.
Alwi Alatas
10 Januari 2016