Kami, Para Ibu, Tak Butuh Ladi Gaga!
KABAR cukup meneteskan air mata, datang dari saudara kita di Semarang. Nelayan yang tinggal di Tambak Lorok, Tanjung Mas, Semarang, Jawa Tengah, sudah dua bulan tak melaut karena cuaca buruk. Untuk bertahan hidup, para nelayan dan keluarganya terpaksa mengonsumsi nasi aking, baru-baru ini.
Ccuaca buruk dan ombak besar membuat dirinya dan nelayan lain tak berani melaut. Kondisi ini kian parah dengan kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok.
Untuk bisa bertahan, nelayan terpaksa makan nasi aking pemberian tetangga. Nasi aking adalah nasi yang sudah busuk lalu dicuci dan dijemur hingga kering. Baru setelah itu mereka konsumsi bersama anggota keluarga yang lain.
Di bagia propinsi lain, pemerintah Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, sedang sibuk siang-malang bekerja sama untuk mengganti seluruh rumah warga (lebih dari 59) yang porak-poranda akibat diterjang angin puting beliung.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman memperkirakan, kerusakan rumah pasca banjir bandang mencapai 200 unit lebih. Kecamatan Simpati menjadi daerah terparah yang terkena banjir bandang dan longsor.
Sedikitnya 1.000 ruang kelas tingkat sekolah dasar di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, rusak berat, hingga mengganggu kegiatan belajar mengajar. Jumlah sekolah yang rusak tercatat 350 unit sampai saat ini dan ruang kelasnya ada lebih dari 1.000, kata Kepala Bidang TK SD Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri, Sunaryo. Belum termasuk di Tasimalaya Jawa Barat dan berbagai kota lain.
Hari-hari ini adalah hari-hari panjang keprihatinan kita semua, bangsa Indonesia. Seharusnya, kita bisa untuk sementara menyediakan ruang-hati kita untuk bersikap prihatin (jika di antara kita masih belum bisa terketuk hingga tangan kita ikut mengulurkan sesuatu).
Sayangnya, semua ini kadang kontradisi. Banyak di antara kita justru kurang peka terhadap situasi. Sebagian justru lebih suka memperkaya diri sendiri untuk tujuan-tujuan yang tak ada hubungannya dengan mental dan spirit bangsa kita yang besar ini.
Betapa tidak, di saat jutaan saudara kita sedang ditimpa musibah dan butuh uluran tangan kita, kita masih sempat-sempatnya mendatangkan seorang Lady Gaga ke Indonesia.
Kabarnya, artis Amerika ini akang datang untuk konser di Jakarta pada 3 Juni 2012 mendatang dan bertempat di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Dalam konser tak penting bagi kami, tur bertajuk “The Born This Way Ball Tour” ini, promotor akan menjual tiket pada dari harga Rp 465 ribu sampai Rp 2,25 juta. Innalillahi wa inna ilaihi rajiiun.
Wahai Rusli, wahai promotor, kami para ibu tidak perlu Lady Gaga, Lady Tangguh atau Lady- Escorst di Indonesia. Hampir separuh umum kami mejaga anak-anak ini dengan berat agar kalian tidak merusak dengan cara seenaknya.
Kami para ibu dan orangtua, sesungguhnya tak merasa begitu penting akan artis yang di kenal kontroversial dan selalu tampil seronok ke bumi Indonesia. Mengapa kalian begitu bangganya?
Mungkin akan lebih mulia dan sangat mendidik anak-anak kami, jika di antara kalian, bisa mengajak anak-anak terjun ke Sidrap atau ke Pasaman dan untuk terlibat langsung kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah. Bukan mengajak orang asing ke sini hanya menunjukkan tariannya yang amat-amat tidak begitu penting.
Wahai bapak-bapak Menteri, para pejabat yang ada di pemerintahan,
Berbuatlah sesuatu agar negeri ini tidak terus didatangi atau begitu bangga dengan cara mengimpor hal-hal tidak penting yang jauh dari budaya kita. Untuk apa berkuasa, jika pada akhirnya tidak melakukan sesuatu yang berarti bagi masa depan jutaan orang.
Rasulullah Muhammad berpesan, “Apabila zina dan riba telah tampak di suatu kampung, sesungguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah bagi mereka.” (HR ath-Thabarani dan al-Hakim).
Dalam sebuah riwayat lain, Rasulullah juga sabdanya:
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُوْدِ اللهِ وَالْوَاقِعِ فِيْهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوْا عَلَى سَفِيْنَةِ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلَاهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِيْنَ فِيْ أَسْفَلَهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوْا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا ِفي نَصِيْبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوْهُمْ وَمَا أَرَادُوْا هَلَكُوْا جَمِيْعًا وَإِنْ أَخَذُوْا عَلَى أَيِدِيْهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيْعاً
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Perumpamaan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan orang-orang yang melanggarnya bagaikan suatu kaum yang berbagi-bagi tempat di sebuah kapal, sebagian dari mereka ada yang mendapatkan bagian atas kapal, dan sebagian lainnya mendapatkan bagian bawahnya. Orang-orang yang berada di bagian bawah kapal, jika hendak mengambil air, melewati orang-orang yang berada di atas mereka. Mereka berkata, “Seandainya kita melubangi bagian kita dari kapal ini, niscaya kita tidak akan mengganggu orang-orang yang berada di atas kita.” Apabila mereka semua membiarkan orang-orang tersebut melaksanakan keinginannya, niscaya mereka semua akan binasa; jika mereka mencegah orang-orang tersebut, niscaya mereka selamat dan menyelatkan semuanya.” (HR. al-Bukhari).
Telah datang dan ditunjukkan kepada kalian kekufuran, kemaksiatan, dan perbuatan hanya akan menjadi penyebab terjadinya kerusakan. Tidak jarang, al-Quran juga telah banyak menyebut semua tindakan itu dengan kerusakan. Mengapa kalian tak segera menggunakan tanga-tangan (kekuasaan) kalian itu ber-amar ma’ruf nahi munkar?
Mengapa kalian tidak setegas Malaysia? Jika masih sempat, tak ada salahnya kalian segera beristighfar!, barangkali dengan begitu hisab kalian lebih dimudahkan Allah.
Wassalam,
Ria an nisa’
Malang- Jawa Timur