Hidayatullah.com–Ketua PP Muhammadiyah Dr Din Syamsudin menilai terpuruknya pengaruh pengusaha lokal terhadap kekuatan ekonomi nasional tidak terlepas dari kebijakan pemerintah saat ini. Din menilai kebijakan ekonomi pemerintah terlalu memberikan ruang terbuka kepada pengusaha asing.
“Hal ini telah menciptakan konglomerasi di Indonesia,” jelasnya dalam kegiatan penandatanganan Kerjasama Peningkatan Edukasi di Bidang Perlindungan Konsumen dan Pemberdayaan Pasar Tradisional dengan Kementerian Perdagangan di kantor PP Muhammadiyah, Kamis (29/08/2013) kemarin.
Din menjelaskan bahwa dampak dari dominasi konglomerasi di perekonomian Indonesia ini sangat berpengaruh baik kepada pengusaha muslim maupun bangsa Indonesia secara umum. Ia juga menuduh pemerintah telah melakukan kerjasama dengan para konglomerat untuk menciptakan kekerasan pemodal dan ekonomi terhadap rakyat kecil.
“Jika kekerasan kapitalisme telah berselingku dengan kekerasan pemerintah ini adalah awal kehancuran Indonesia,” tegasnya lantang.
“Ekonomi Indonesia jangan terjebak pada ekonomi kapitalisme ataupun sosialisme, harus ada jalan tengah,” tambah sekretaris umum Majelis Ulama Indonesia ini.
Din juga menegaskan bahwa keikutsertaan Indonesia terhadap pasar bebas adalah keniscayaan. Namun, bukan berarti harus menjual seluru identitas bangsa kepada pasar bebas.
“Kita bisa belajar pada bangsa China ketika menghadapi pasar bebas,” jelasnya lagi.
Menurut Din, China tidak kaku menghadapi pasar bebas dan China juga tidak menelan mentah-mentah arus pasar bebas di negerinya.
“China terbuka dengan pasar bebas yang tidak bertentangan dengan pribadi bangsa China,” jelasnya.
Din juga menilai salah satu kesuksesan China dalam membangkitkan perekonomiannya adalah dengan tidak menyerahkan sepenuhnya aturan ekonomi pada mekanisme pasar bebas. Negara harusnya berani melakukan perlindungan kepada produk-produk dan pengusaha lokal.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Lalu melakukan revitalisasi masyarakat,” tegasnya lagi.
Sebagai negara agraris dan maritim, Din berharap Indonesia bisa jadi tuan rumah kekuatan ekonomi di negerinya sendiri. Menurutnya percuma jika pembangunan terus menciptakan gedung pencakar langit jika disekelilingnya masih terhadap manusia pribumi yang menderita karena kemiskinan dan diskriminasi konglomerat.*