Hidayatullah.com–Salah satu tantang Umat Islam yang harus diwaspadai sekaligus dibasmi adalah berjangkitnya virus sekularisme, pluralisme, dan liberalisme (SePILIS) dalam semua lini kehidupan.
Disadari atau tidak virus tersebut sudah menyebar dalam berbagai bidang atau aspek kehiudapan umat Islam baik politik, ekonomi, sosial-budaya, bahkan pendidikan.
Demikian diingatkan Suidat M.Pd.I selaku Ketua Bidang Kaderisasi Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat, saat memberikan pengarahan di hadapan guru-guru dilingkungan Dewan Dakwah Jabar,Sabtu (19/12/2015) lalu.
Ia menambahkan jenis virus Sepilis ini yang pertama akan dirusak adalah pola pikir dan pandangan umat Islam terhadap pemahaman Islam yang sebenarnya secara halus sehingga ia tidak meyadarinya.
“Jadi yang rusak bukan fisiknya tapi pola pikirnya. KTP nya bisa jadi masih Islam tapi pemahaman bahkan prakteknya jauh dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Padahal efeknya jauh sangat berbahaya fisik bisa saja rusak tapi kerusakan pola pikir dan pemahaman bisa berakibat fatal bahkan bisa membatalkan atau menggugurkan keislaman seseorang,”ujarnya.
Ia mencontohkan Sepilis dalam bidang ekonomi bisa dirasakan adanya semangat liberalisasi dalam berbagai sektor, Sepilis dalam bidang politik dengan menghalalkan secara untuk memperoleh kekuasaan dan memisahkan kekeuasaan dengan agama.
Begitu pun dengan budaya yang melahirkan anggapan bahwa agama khususnya Islam sebagai produk budaya lalu menempatkan budaya sebagai sumber kebaikan diatas agama. Sementara dalam bidang pendidikan yakni adanya prkatek yang memisahkan ajaran Islam dan menganggap nilai-nilai pendidikan Islam bukan bagian dari pendidikan nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah.
“Sepilis dalam bidang pendidikan ini dapat kita rasakan dari kurikulumnya yakni yang disebut dengan Kurikulum Pendidikan Nasional dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi,”tegasnya.
Kembali ia memberikan contohnya, bagaimana kurikulum pendidikan harus dipisahkan dari nilai-nilai agama lebih bercorak pluralisme dan berwawasan liberal.
Menurutnya sampai saat ini masih sedikit kurikulum pendidikan (melalui buku-buku teks-nya) yang diajarkan kepada para murid yang dikaitkan dan mengandung nilai-nilai keimanan agama khususnya masalah tauhid. Misalnya mata pelajaran IPA, IPS, Matematika yang dianggap sebagai ilmu murni yang tidak ada kaitannya dengan nilai-nilai spiritualnya (tauhidnya).
Hal penting lainnya yang perlu perlu mendapat perhatian umat Islam, menurut Suidat adalah masalah adab dalam dunia pendidikan.
Pendidikan dirasakan masih menekankan dan mengukur aspek kognitif, psikomotorik atau skill semata sebagai tolak ukur keberhasilan peserta pendidik.
Sementara aspek adab kurang mendapat diperhatian dan prioritas dalam mendidik. Padahal ,sambungya ,adab dalam pendidikan adalah sesuatu aspek yang sangat pokok dalam melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual dan cerdas secara spiritualnya. Para murid harus dididik bagaimana mereka beradab kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wassallam, kepada guru, kepada temannya, dan kepada lingkungannya (alam semesta).
“Oleh karena itu untuk meminimalisasi pengaruh Sepilis dalam dunia pendidikan ini, sebaiknya para guru khususnya atau lembaga pendidikan Islam harus bisa membuat modul pelajaran sendiri yang bebas dari pengaruh Sepilis dan memasukkan nilai-nilai agama di dalamnya.Jangan menelan mentah-mentah kurikulum yang dapat meracuni akidah dan tauhid anak didik kita,”pesannya.
Sementara itu Muhammad Roinul Balad sebagai Kepala MI Fathimah Alhajiri PUSDIKLAT Dewan Da’wah Jawa Barat menyampaikan bahwa acara ini bahwa persoalan Sepilis dalam dunia pendidikan Umat Islam hendaknya jangan dianggap sepele. Ia mengajak elemen umat Islam khususnya yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk segera menanggapi sekaligus menangani dengan serius. Ia berharap berharap para pakar pendidikan Islam dapat berkumpul lalu merumuskan langkah yang strategis dan praktis guna membendung virus Sepilis tersebut.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Segera akan kita ditindaklanjuti dalam kajian yang lebih intensif agar para guru lebih memahami bagaimana materi pelajaran yang akan diajarkan mengandung nilai-nilai keimanan. Kemudian dapat memilih, menilai sekaligus menseleksi buku-buku pelajaran yang sudah terpengaruh paham Sepilis,” imbuhnya.
Acara yang berlangsung di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Dewan Da’wah Jawa Barat, Ngamprah-Kab. Bandung Barat ini merupakan acara pembinaan rutin bagi guru-guru di bawah koordinasi Dewan Da’wah Jawa Barat.
Mereka adalah para guru yang mengajar di lembaga pendidikan Dewan Da’wah seperti Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madarasah Tsanawiyah (MTs) yang dibawah koordinasi Dewan Da’wah Jawa Barat.*