Mata Novel

TANGGAL 11 April 2017 menjadi peristiwa tak terlupakan bagi Novel Baswedan dan para pegiat antikorupsi.
Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini diteror dengan siraman air keras, usai ia shalat subuh di masjid dekat rumahnya, kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kedua matanya jadi sasaran. Sempat dirawat di Jakarta, Novel pun diterbangkan ke Singapura untuk perawatan lanjutan. Mata kirinya dioperasi, penambahan selaput. Mata kirinya belum bisa melihat sama sekali. Sedang mata kanannya dibantu oleh hard lens untuk melihat.
Meski begitu, Novel memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia pun menginjakkan kaki kembali ke Jakarta, tepatnya ke kantor tempatnya berjuang selama ini, KPK, kemarin.

Penyidik senior KPK, Novel Baswedan, di halaman Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (23/02/2018) siang, setibanya dari Singapura. [Foto: Zulkarnain/hidayatullah.com]
Meski matanya tak lagi normal, tapi sorot pandangnya tampaknya masih tajam untuk menyelisik kasus-kasus korupsi. Novel pulang ingin kembali berjuang.

Novel Baswedan (kiri) dan mantan Ketua KPK Abraham Samad di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (22/02/2018), setibanya Novel dari Singapura. [Foto: Zulkarnain/hidayatullah.com]
Ia mengatakan, apa yang dialaminya sekarang diharapkan menjadi penyemangat dalam memberantas korupsi di Indonesia.

Novel Baswedan (bercelana cingkrang) dan Wakil Ketua KPK Laode Syarif (pegang mikrofon), di halaman Gedung KPK, Jakarta, Kamis (23/02/2018) setibanya Novel dari Singapura. [Foto: Zulkarnain/hidayatullah.com]

Novel Baswedan di halaman Gedung KPK, Jakarta, Kamis (23/02/2018), mengusung poster desakan agar Presiden Jokowi membentuk TGPF kasus penyerangannya. [Foto: Zulkarnain/hidayatullah.com]

Pendukung Novel Baswedan di halaman Gedung KPK, Jakarta, Kamis (23/02/2018) menyambut Novel dari Singapura. [Foto: Zulkarnain/hidayatullah.com]
Rep: Admin Hidcom
Editor: Muhammad Abdus Syakur