BERAKIT-rakit kita ke hulu, bersenang-senang kemudian.
Bersakit-sakit kita dahulu, bersenang-senang kemudian.
(Pepatah)
Betapa indahnya hari-hari yang dilewati sepasang suami-istri. Kebahagiaan ini lumrah dirasakan oleh para pengantin baru –bahkan yang tidak lagi baru. Seperti sepasang kekasih halal dalam momen ini.
Keduanya menikah di penghujung tahun 2015. Baru beberapa bulan, dan keharmonisan rumah tangga itu –setidaknya- tercermin di atas rakit kayu bertitian tali ini.
Momen pada Sabtu pagi, 10 Dzulqa’dah 1437 H (13/06/2016) di Resto dan Pemancingan Mang Ajo, Karawang, Jawa Barat, ini tampaknya membuktikan sebuah ungkapan:
“Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan.” Demikian judul salah satu buku karangan ustadz muda Salim A Fillah (Pro-U Media, 2013). [Baca juga: Rahasia Ilmiah Mengapa Pacaran Dilarang Dalam Islam]
Pada kenyataannya, ungkapan Salim tersebut sudah sangat terbukti, setidaknya tergambar dalam foto lainnya.
Sepasang pengantin baru tampak menikmati kehangatan pagi dengan mengayuh rakit bersama di sebuah danau kawasan Teritip, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Momen pada tahun 2013 lalu itu hingga saat ini sepertinya masih terlihat bikin senang.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pastinya, pengamatan hidayatullah.com, keharmonisan para suami-istri ini bikin para lajang yang melihatnya tampak (semakin) kesengsem untuk turut “berpasangan yang halal”.
Menikahlah dahulu, bersenang kemudian…. [Baca juga: Menjemput Jodoh dengan Ta`āruf]*