Sambungan artikel PERTAMA
Namun ketika manusia mencarinya tanpa mengikuti petunjukNya, yang terjadi adalah trial and error. Ketika jagung di Amerika dijadikan bioethanol, di negeri tetangganya – Meksiko terjadi huru-hara tortilla – karena bahan makanannya dijadikan bahan bakar oleh Amerika. Penambahan bauran energi 2 % dari biofuel generasi awal ini menyedot 34% produksi pertanian yang semula untuk pangan.
Dari contoh tersebut kita bisa melihat dengan jelas, perlunya membaca petunjukNya tentang apa yang seharusnya menjadi energi untuk tubuh (food) dan energi untuk kebutuhan kendaraan kita (fuel). Surat Al-Waqi’ah 71-73 mejadi jauh lebih mudah dipahami di jaman ini, ketika orang yang bepergian membutuhkan api atau energi dalam bentuk fuel dari kayu bakar. Mengapa demikian?
Karena bahan bakar untuk mobil kita bener-bener bisa kita proses langsung dari pepohonan dan bahan biomassa lainnya – termasuk dedaunan, yang kita proses melalui gasifikasi menjadi syngas dan kemudain menjadi Dimethyl Ether (DME) yang disebut sebagai fuel of the 21st century.
Dari memahami ayat-ayat kauniyah berupa perbagai bentuk molekul di atas, mulai dari carbohydrat/gula/cellulose, bensin/diesel, ethanol dan methanol hingga Dimethyl Ether (DME), kita bisa paham bahwa diputar kemanapun energi baik itu food maupun fuel , baik yang datang dari puluhan ribu tahun lalu (fosil) maupun yang kita proses sekarang dari kayu sekarang yang masih hijau (Surat Yaasiin :80), semua unsur pembentuknya adalah sama yaitu unsur Carbon (C) , Hydrogen (H) dan Oxygen (O).
Lantas dimana unggulnya kita ini kalau hanya baru bisa memahami? Memahaminya tentu sudah suatu kemajuan tersendiri, tetapi bagaimana berperan aktif dalam menghasilkan karya-karya yang inovatif berdasarkan petunjuk tersebut-lah yang akan menghadirkan keunggulan.
Untuk memproses segala bahan biomassa non – pangan (agar tidak berebut dengan bahan makanan) menjadi bahan bakar yang baru dan terbarukan, bahan bakar yang amat sangat bersih dengan harga yang terjangkau oleh seluruh umat, maka inilah antara lain yang membutuhkan amal yang nyata yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang berilmu pada bidangnya masing-masing.
Untuk proses DME dari biomassa (BioDME) tersebut misalnya, saat ini eksperimen kami telah mencapai lebih dari 50%, namun kami masih membutuhkan banyak keahlian lainnya – agar kerja jama’i ini lebih sempurna.
Diantara yang kami butuhkan adalah ahli gasifikasi untuk menyempurnakan reactor yang sudah kami buat, kemudian ahli katalis karena begitu banyak bagian dari proses ini memutuhkan katalis yang paling efektif, ahli destilasi agar produk yang kami hasilkan mencapai kemurnian maksimal, ahli motor eksternal (stirling engine) agar seluruh panas yang keluar dari proses ini dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik setidaknya untuk keperluan rangkaian proses ini sendiri. Dan berbagai keahlian lainnya.
Baca: Mengapa Kita (Bisa) Dijajah?
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dari kebutuhan keahlian yang tidak ada pada diri kita tersebut-lah kita justru menjadi paham, betapa hanya memahami ayat-ayat qauliyah-nya, belum serta merta kita menjadi unggul. Bahkan ketika kita baru menguasai sebagian saja dari ayat kauniyah ini – kita juga belum uggul. Kita hanya unggul bila menguasai keduanya secara menyeluruh sampai ke inti persoalannya, inilalah yang disebutu ulul albab ( dari lubb – inti persoalan), ialah orang-orang yang benar-benar berilmu dan berakal, orang yang diberi hikmah kebaikan yang banyak dan orang yang kepadanya Allah mengajarinya ilmu secara langsung.
Diantara ilmu-ilmu tersebut sebagian bisa diajarkan, sebagian lain harus dijalani dalam kehidupan nyata – nanti kita akan paham dengan sendirinya, maka disitulah letak pentingnya amal. Itulah sebabnya pula mengapa yang dikeluarkan dari himpunan universal orang-orang yang rugi, adalah orang yang beriman, beramal salih, menasihati dengan kebenaran dan kesabaran.
Kajian lengkapnya insyaAllah bisa diikuti di Masjid Madrasah Al-Fatih Sentul mulai jam 8:30 – 11:30 setiap hari selama waktu I’tikaf 10 hari terakhir Ramadhan. InsyaAllah.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar