Sambungan artikel PERTAMA
Pendidikan Ramadhan
Menurut al-Attas, “Adab is recognition and acknowledgement of the reality that knowledge and being are ordered hierarchically according to their various grades and degrees of rank, and of one’s proper place in relation to that reality and one’s physical, intellectual and spiritual capacities and potentials. (S.M. Naquib al-Attas, the Concept of Education in Islam.” (1980).
Intinya, adab adalah pemahaman dan kemauan seseorang untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, sesuai harkat dan martabat yang ditentukan Allah. (Lihat, al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (2001). Manusia beradab akan ikhlas taat kepada Tuhannya, cinta dan taat kepada Nabi-Nya, Muhammad saw, hormat guru dan orang tua, cinta sesama, dan gigih belajar dan berjuang untuk mengembangkan potensi dirinya, sehingga menjadi manusia bermanfaat. Sebab, kata Nabi saw, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia.
Prof. Naquib al-Attas merumuskan konsep pendidikan sebagai proses mencari ilmu (thalabul ilmi) yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan atau keadilan dalam diri seorang manusia, sebagai manusia (inculcation of goodness or justice in man as man). Dan elemen paling fundamental dalam pendidikan adalah penanaman adab (inculcation of adab).
Tujuan pendidikan dalam Islam itu sejalan dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 ayat c, UU Pendidikan Nasional, No 20/2003 dan UU Pendidikan Tinggi, No 12/2012. Disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.
Al-Quran menegaskan, bahwa tujuan ibadah Ramadhan adalah menjadi orang yang bertaqwa. “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian. Mudah-mudahan kalian menjadi orang yang bertaqwa.” (QS al-Baqarah:183).
Inilah sebenarnya inti pendidikan yang sepatutnya dijalankan di Indonesia. Ramadhan adalah bulan mulia, bulan penuh berkah dan ampunan Allah, bulan yang tepat untuk mengoptimalkan proses penanaman nilai-nilai kebaikan. Jadi, jika pendidikan dimaknai dengan benar – bukan sekedar dimaknai sebagai “sekolah” – maka Ramadhan bukanlah bulan libur pendidikan. Sekolah bisa libur, tetapi proses pendidikan – untuk membentuk manusia taqwa — harus terus berjalan.
Dalam proses pendidikan, pensucian jiwa (tazkiyyatun nafs) menjadi inti kurikulum pendidikan. Jiwa manusia harus dibangun, dengan cara disucikan dari sifat-sifat tercela, seperti kemunafikan, kemalasan, ketidakberdayaan, kedengkian, penakut, riya’, cinta dunia, dan sebagainya. Ibadah puasa Ramadhan adalah metode yang jitu untuk proses pensucian jiwa itu. Maka, sungguh bijak, seandainya pemerintah menetapkan Ramadhan sebagai bulan pendidikan nasional.
Inilah hakekat pendidikan. Pendidikan berbasis adab. Pendidikan untuk membentuk manusia taqwa. Dengan pendidikan yang hakiki inilah, Indonesia insyaAllah akan menjadi negara maju, kuat, adil, makmur dan beradab (negara taqwa), sebagaimana ditegaskan dalam al-Quran, bahwa: “Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri” (QS Al A’raf: 96)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Jika bangsa Indonesia ingin meraih berkah dari Allah, maka beradablah kepada Allah! Berlaku sopanlah kepada Utusan-Nya! Jangan sampai berani menentang Allah dan Rasul-Nya, baik sadar atau tidak. Jangan sampai ada muatan kurikulum yang menyalahi wahyu Allah SWT. Jangan membuat ‘teori’ bahwa manusia Indonesia merupakan kelanjutan kehidupan monyet. Padahal, al-Quran jelas-jelas menyebutkan kita semua merupakan keturunan dari Nabi Adam a.s. bukan keturunan monyet.
Jangan membuat konsep ‘kemajuan’ yang sama sekali tidak mencantumkan kriteria ‘taqwa’, baik secara pribadi, lembaga pendidikan, atau pun kenegaraan. Jangan pula membuat teori tentang kebutuhan primer manusia, yang sama sekali tidak menyebut ibadah dan zikir sebagai kebutuhan primer manusia.
Kita berharap, para orang tua, guru, pengelola lembaga pendidikan, dan juga para pejabat pemerintah memahami benar akan hakikat pendidikan ini. Dan bulan Ramadhan adalah bulan terbaik untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan, atau bulan pensucian jiwa. Semoga Allah berkahi hidup kita di bulan Rajab dan Sya’ban, dan kita semua dipertemukan oleh Allah dengan Ramadhan 1439 H. Kita tekadkan Ramadhan tahun ini sebagai bulan pendidikan yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. (Depok, 10 Mei 2014).*
Catakan Akhir Pekan [CAP] kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan hidayatullah.com