SEGALA puji bagi Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat para hamba-Nya. Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya.
Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. Amma ba’d.
Suatu hari Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam duduk bersama para sahabat beliau di masjid untuk mengajar mereka, mendidik, dan membersihkan hati mereka. Di antara hadirin, terdapat seorang pemuda belia berusia sekitar tiga belas tahun. Namanya ‘Umair bin Sa`ad, yang hatinya sudah sarat dengan hikmat dan iman.
Ia pergi meninggalkan majelis, dan menemui bapak tirinya (yang biasa ia samakan dengan paman), yakni suami dari ibunya yang sudah berumur enam puluh tahun. Namanya Al-Jallas bin Suwaid. Ia seorang munafik.
‘Umair bin Sa’ad berkata, “Paman! Aku mendengar Rasulullah menceritakan kepada kami tentang hari kiamat, seolah-olah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!” Al-Jallas bin Suwaid menanggapi, “‘Umair! Demi Allah, kalau Muhammad itu benar, maka kami memang lebih buruk dari keledai!”
Kontan, rona muka ‘Umair bin Sa’ad berubah. Tubuhnya bergetar mendengar kalimat itu. Ia berkata, “Paman, demi Allah, sesungguhnya engkau sebelumnya adalah orang yang paling aku cintai dari semua orang. Dan demi Allah, mulai hari ini engkau menjadi orang yang paling aku benci melebihi siapa pun. Paman, aku berada di antara dua pilihan saja; mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dengan tidak menceritakan hal ini kepada beliau; atau memutus hubunganku denganmu, yang sudah biarlah berlalu, dan aku tetap akan memberitahukan ucapanmu itu kepada Rasulullah.”
Ucapan Al-Jallas itu adalah kekafiran terhadap kalimat Laa illa illallah, dan menunjukkan bahwa ia tidak beriman terhadap apa yang dikabarkan oleh Rasulullah.” Al-Jallas bin Suwaid berkata, “Engkau hanya anak kecil ingusan yang tidak akan dipercaya oleh siapa pun, silakan berbicara sesukamu.”
‘Umair pun pergi dan duduk di hadapan Rasulullah sambil berkata, “Wahai Rasulullah! Al-Jallas bin Suwaid telah mengkhianati Allah dan Rasulnya, sementara ia adalah pamanku. Aku telah berlepas diri darinya kepada Allah, kemudian kepadamu. Sehingga aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya.”
Rasulullah bertanya, “Apa yang dia katakan?” `Umair pun memberitahukan ucapan itu kepada beliau. Rasulullah segera mengumpulkan pada sahabat dan meminta saran mereka berkaitan dengan ucapan tersebut.
Mereka berkata, “Wahai Rasulullah! la hanya anak kecil, jangan dipercaya. la belum lagi nalar. la hanya asal menukil ucapan saja untuk menyudutkan pamannya itu. Al-Jallas bin Suwaid biasa shalat bersama kami. la sudah tua renta, dan terbilang cerdas.”
Rasulullah terdiam, dan tidak berani mempercayai ucapan anak remaja itu. Mengalirlah air mata anak muda itu, hingga tubuhnya bergetar, dan ia menoleh ke langit sambil berdoa, “Ya Allah, kalau aku jujur, benarkanlah ucapanku itu. Dan bila aku berdusta, dustakanlah ucapanku itu.”
Demi Allah, belum lagi ia meninggalkan majelis itu, dan belum lagi ia bangkit dari masjid, turunlah Jibril dari atas tujuh lapis langit membawa wahyu Allah, “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam.” (At Taubah: 74)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Akhirnya, Rasulullah memanggil Al-Jallas dan menanyakannya tentang ucapan tersebut. la bersumpah atas nama Allah bahwa ia tidak pernah mengucapkannya. Beliau bersabda, “Tapi Allah berfirman, ‘Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam.’” (At-Taubah: 74).
Engkau, hai Jallas, sungguh telah kafir terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Segeralah bertaubat, karena Allah menegaskan, “Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka.” (At-Taubah: 64). Lalu, Rasulullah memanggil ‘Umair bin Sa’ad, mengusap telinganya sambil bersabda, “Allah telah membenarkan ucapanmu.”*/DR. ‘Aidh Al-Qorni, MA, dari bukunya Mereka Memadamkan Matahari-Membongkar Tipu Daya Musuh Allah dalam Meredupkan Cahaya Islam. [Tulisan selanjutnya]