ALLAH Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102).
Dalam sebuah hadits diceritakan, sesungguhnya akan datang setan laknatullaah pada seorang hamba yang sedang sakaratul maut, lalu ia duduk di dekat kepala hamba tersebut, seraya berkata, “Tinggalkanlah agama ini, dan katakan bahwa Tuhan itu ada dua sehingga kamu selamat dari kesakitan ini.”
Padahal, sudah kita ketahui bahwa Tuhan adalah Esa, Tunggal, dan tidak akan pernah bertambah atau pun berkurang. Di dalam firman-Nya, Allah menegaskan tentang kemahaesaan-Nya itu, dalam firman-Nya:
“Katakanlah, `Dia-lah Allah Yang Maha Esa.’ Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan, tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.” (al-Ikhlas: 1-4).
Apabila terjadi peristiwa yang mengerikan ini, maka itulah bahaya yang sebenarnya di dalam sejarah kehidupan seorang manusia; merupakan ketakutan yang sangat besar bagi orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, tetapkanlah diri Anda agar selalu menangis (menangisi dosa) dan merendahkan diri, serta menghidupkan waktu malam-malammu dengan memperbanyak ruku’, sujud, dan dzikir kepada Allah. Sehingga, Anda dapat selamat dari siksa-siksa Allah.
Pernah suatu waktu Abu Hanifah ra ditanya, “Dosa mana yang bisa merusak iman?”
Ia menjawab, “Yaitu, meninggalkan syukur atas iman, meninggalkan rasa takut dari akhirnya umur, serta menganiaya beberapa hamba. Sesungguhnya seseorang yang dalam hatinya terdapat tiga perkara ini, pada umumnya ia akan keluar dari dunia ini dalam keadaan kafir. Kecuali, orang yang memang menemukan keberuntungan.”
Dikatakan bahwa yang paling pedih dari keadaan mayat, yakni ketika ia berada dalam keadaan haus dan terbakarnya hati. Pada waktu itu, setan mendapatkan kesempatan merusak iman serta melepaskan iman seorang mukmin tersebut. Datanglah setan di dekat kepalanya dengan membawa segelas air dingin dan menyejukkan, berwarna merah nan manis, yang mengembun di bagian luarnya.
Kemudian, setan menggerak-gerakkan gelas itu tepat di depan orang mukmin agar dapat menggoyahkan imannya. Sehingga si mukmin pun berkata, “Berikanlah aku air…”
Si mukmin tidak mengetahui jika sesungguhnya makhluk yang membawa segelas air menyegarkan itu adalah setan. Setan itu berkata kepada si mukmin, “Katakanlah bahwa tidak ada yang menciptakan alam ini, sehingga aku memberikan air ini kepadamu.”
Jika orang itu berada didalam keberuntungan, maka ia akan menolaknya (dengan tidak menjawab).
Setan datang lagi dari arah kaki orang mukmin dengan tetap menggoyang-goyangkan gelas yang berisi air dingin nan menggiurkan. Bayangkan, air yang dibawa setan itu laksana air di tengah luasnya padang pasir yang panasnya memanggang siapa pun yang berada di sana. Musafir mana yang tidak merindukan keberadaannya? Sehingga, si mukmin pun kembali berkata, “Berikanlah aku air…”
Kembali, setan itu menyanderanya, “Katakanlah bahwa Rasul itu pembohong, sehingga aku memberikan air ini kepadamu.”
Dan, barang siapa yang celaka, maka ia akan mengikuti perintah setan itu, karena ia tidak sabar mengalami kehausan itu. Dengan demikian, keluarlah ia dari agamanya. Yang berarti murtad dan kembali pada kekafiran. Na’udzubillaahi min dzaalik.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Barang siapa yang beruntung, ia tidak akan menuruti rayuan bohong setan itu. Ia akan berpikir hingga menyadari bahwa yang berada di depannya saat itu tidak lain dan tak bukan adalah makhluk yang ia musuhi selama hidupnya. Maka, ia akan berbahagia selamanya, dengan hidup di surga yang nikmat, yang telah dijanjikan, lantaran tetap bertahan pada agama yang benar serta diakui Allah, yaitu Islam.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
“…Dan, tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” (al-Israa’: 64).*/Imam Abdurrahim bin Ahmad al-Qadhi, terangkum dalam bukunya Daqaiqul Akhbar. [Tulisan berikutnya]