KELUARGA Ammar bin Yasir adalah teladan umat. Ammar, ibunya, Sumayyah, dan ayahnya, Yasir, memiliki andil cukup besar bagi perjalanan dakwah Islamiyah. Mereka telah mendapat siksaan, yang menurut ukuran manusia amatlah mustahil untuk tetap istiqamah, yaitu ketika majikannya (keluarga Bani Makhzum) mengetahui bahwa keluarga Ammar bin Yasir masuk Islam, kemudian menimpakan berbagai siksaan amat pedih kepada keluarga Ammar.
Dipaksanya anak beranak itu untuk keluar dari Islam, dan kembali kepada agama berhala yang penuh kekufuran.
Suatu hari, di saat matahari padang pasir tengah membara, di sebuah lapangan terbuka di kawasan kota Mekkah, satu keluarga itu tengah menerima siksaan tak terperikan. Berhari-hari lamanya siksaan itu telah mereka derita.
Tatkala Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam berlalu dari hadapan keluarga itu, tiba-tiba terdengarlah rintihan Yasir dalam keadaan terbelenggu kedua tangan dan kakinya, ”Adakah derita ini sepanjang masa?” Segera Rasulullah menengadah ke langit seraya berseru, ”Wahai keluarga Yasir, bersabarlah. Bergembiralah kamu. Sesungguhnya surga telah dipersiapkan sebagai tempat kembali keluargamu.” Mendengar seruan Nabi tersebut, keluarga Yasir menjadi tenteram jiwanya dan kian tabah dalam menghadapi ujian.
Datanglah Abu Jahal laknatullah. Dimintanya keluarga itu memilih antara mati syahid ataukah dibiarkan hidup bersama rekannya dengan meninggalkan ajaran Muhammad, dan kembali menganut agama nenek moyangnya.
Keluarga itu pun tetap berpihak pada ajaran Muhammad. Gugurlah Sumayyah sebagai saksi atas kebenaran yang diyakininya. Ia wanita pertama yang menyandang gelar syahidah atas din Islam ini. Disusul suaminya, Yasir sebagai lelaki pertama yang bergelar sebagai syuhada.
Sementara Ammar, anak pertama tetap bergulat menanggung siksaan. Ia tetap berupaya menanggung siksaan itu betapa pun pedihnya. Namun ia tetaplah sebagai manusia. Sesungguhnya siksaan yang ia terima telah melampaui batas kemanusiaan, hingga tanpa sadar Ammar pun mengucapkan kata-kata kekufuran sebagai upaya melepaskan siksaan yang ia derita.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sungguh ia bersedih dengan ucapan itu, walaupun dalam hatinya tetap menyakiti sepenuhnya akan kebenaran Islam. Pada saat itu turunlah kebenaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah ia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam keadaan beriman (dia tidak berdosa).” (QS. An-Nahl: 106).*/Sudirman STAIL (Sumber buku: 5 Taujih Ruhiyah, penulis: Abdullah Nashih ‘Ulwan)