Hidayatullah.com | SELANG tiga minggu setiba Nabi Muhammad ﷺ dan kaum muslimin dari Hudaibiyah, dan kejadian-kejadian sesudah perjanjian damai antara Nabi ﷺ dengan kaum Quraisy itu bermunculan. Maka ketika itu perasaan tidak puas dalam hati sanubari kaum muslimin terhadap peristiwa perjanjian damai itu masih bergelora.
Tiba-tiba muncul di dalam hati sanubari kaum muslimin semangat baru yang menggerakkan mereka untuk melanjutkan cita-cita mengejar kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin. Karena pedanjian perdamaian yang telah dilakukan oleh Nabi ﷺ dengan kaum Quraisy –menurut sebagian kaum muslimin– tidak sesuai dengan kemuliaannya yang sudah dapat dicapai di masa itu. Mengapa kaum muslimin suka berdamai dengan kaum musyrikin? itulah pertanyaan yang memberikan semangatyang selalu menggelora di dalam dadakaum muslimin.
Ketika kaum muslimin tengah berjalan kembali dari Hudaibiyah, wahyu Allah telah diturunkan kepada Nabi ﷺ. Beliaupun langsung membacakannya kepada kaum muslimin dan mereka pun mendengarkannya dengan saksama.
Semangat yang bergelora di dada kaum muslimin semakin bernyala-nyala dengan sedemikian hebatnya. Melihat kondisi itu mendapat perhatian dari Nabi ﷺ. Kemudian terpikirlah oleh Nabi ﷺ apa yang harus diperbuat atau dilakukan guna menguatkan ketabahan dan keteguhan hati dan semangat yang bergelora dari para sahabat dan kaum muslimin, dan jalan manakah yang harus ditempuh untuk menyebarluaskan Islam di mukabumi ini?
Baca: Jangan Hidup Seperti Ayam dan Burung
Sudah saatnya Islam menyeru kepada segenap umat manusia dari segala bangsa. Untuk itu, beliau mengirimkan surat-surat dakwah kepada para raja (atau wakilnya) di sekitarTanah Arab dan yang ada di sekeliling Negeri Hijaz termasuk kepada KaisarHeraklius.
Nabi ﷺ mengumpulkan para sahabat guna menjalankan misi tersebut dakwah tersebut. Sebab misi Rasulullah itu tidak akan berjalan jika ada sahabat yang enggan dan tidak mau membawa surat-surat dakwah Rasulullah.
Rasulullah menjelaskan kepada sahabat dan kaum muslimin bahwa beliau hendak mengutus mereka untuk membawa surat-surat kepada Raja dan penguasa di muka bumi ini. Termasuk kepada Kaisar Heraklius.
Kaisar Heraklius merupakan kaisar dari Dinasti Romawi Timur atau Kaisar Bizantium. Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam dalam buku Kelengkapan Tharik Rasulullah diriwayatkan oleh Abu Hatim bin Hibban dalam Sahih lbnu Hibban, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa yang mau pergi mengantarkan suratku ini kepada Kaisar, ia dijanjikan masuk Surga.” Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana kalau ia tidak mau menerimanya?” Beliau bersabda, “Meskipun ia tidak mau menerimanya.”
Baca: Di Mana 1,9 Milyar Umat Islam Saat Ini?
Maka Rasulullah ﷺ menunjuk Dihyat bin Khalifah AI-Kalbi untuk membawa surat beliau kepada kaisar Heraklius. Abu Sufyan menceritakan tentang isi surat yang dikirim Rasulullah ﷺ kepada Raja Heraclius, di bawah ini isinya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ ” وَ {يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bismillahir rahmanir rahiim…
Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya
Kepada Heraclius, Raja Romawi
Salaamun ‘ala manit-taba’al huda, amma ba’du
(Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, selanjutnya)
Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64). (Hadis ini diriwayatkan Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan yang lainnya).
Surat tersebut sampai ketangan Heraklius dari Dihyat bin Khalifah AI-Kalbi ketika dia berada di Iliya (Baitul Maqdis, Palestina) saat itu sang kaisar sedang menyempurnakan nazarnya.*/Deri Adlis, mubaligh dan Sekretaris PDPM Kepulauan Anambas