Hidayatullah.com | KEHIDUPAN merupakan hal yang dapat terlihat oleh setiap penglihatan yang hidup, kehidupan merupakan arti yang dimiliki dari kosa kata bahasa arab berarti al hayah, seperti hal nya hidup di dunia.
Dunia memang fana, yang kebanyakan manusia mengikuti pemahaman materialisme saja, menganggap dunia tempat yang abadi, hanya bisa mengumpulkan uang, makan, makan, minum, dan berfoya-foya, menganggap kekayaannya tujuan hidupnya semata. Sebagaimana firman Allah Azza wajalla yang artinya:
ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus menerus lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS:Al-kahfi: 46.
Ayat ini menjelaskan bahwa harta kekayaan yang di milikinya di dunia hanyalah perhiasan atau bunga kehidupan yang tidak patut untuk kita cintai sepenuhnya, akan tetapi menjadikan dunia ini tempat beramal kebajikan.
Allah Azza wajalla menitipkan dunia kepada manusia untuk melestarikannya, dan memenuhi hak-hak tumbuhan dan binatang yang telah membantu manusia dalam kehidupan di dunia ini. Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an tentang kehidupan tumbuhan yang artinya:
ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّىٰ
“(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan.” (QS: Taha: 53).
Adapun ayat yang menceritakan tentang pemanfaatan manusia terhadap hewan yang di jelaskan dalam Al-Qur’an yang artinya:
وَٱلْأَنْعَٰمَ خَلَقَهَا ۗ لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَٰفِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ
“Dan hewan ternak telah diciptakan-Nya untuk kamu padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat dan sebagiannya kamu makan.” (QS:An-Nahl: 5).
Tempat Singgah
Allah Azza wajalla menciptakan dunia dan seisinya untuk kehidupan manusia agar dapat menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya, karena dunia hanyalah tempat persinggahan untuk perjalanan menuju alam keabadian. Rasulullah ﷺ berkata: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” Maka dari itu, dunia ditempatkannya manusia sebagai jalan menuju kehidupan akhirat.
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَىٰ مِنكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu di hadapkan (kepada Allah), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagiNya).” (QS: Al-Haaqqah: 18).
Dalam ayat ini dijelaskan dalam riwayat Imam Ahmad bahwa Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat telah datang di hadapan kita, masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu sebagai orang yang mengagumi atau mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, dan sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu) untuk beramal.”
Akhirat merupakan alam terakhir yang akan dilalui setelah melewati kehidupan dunia, akhirat diartikan menjadi suatu masa di mana Allah azza waallah mengumpulkan manusia setelah membangkitkannya dari kematian, di jelaskan dalam firman Allah Azza wajalla:
قُلِ ٱللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Katakanlah Allah lah yang menghidupkan kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan lagi, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: Al Jatsiyah: 26).
Inilah salah satu teknik bagaimana cara menyeimbangkan dunia dan akhirat, karena kehidupan akhirat ini membutuhkan dunia untuk bisa mencapainya, tidak hanya terfokus pada akhirat saja, seperti dalam firman Allah Azza wajalla yang artinya:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada orang yang berbuat kerusakan.” (QS: Al-qashas: 77).
Disisi lain di jelaskan juga dalam Al-Qur’an tentang balasan yang akan didapatkan sesuai apa yang mereka perbuat selama di dunia.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
فَأَمَّا مَن طَغَىٰ
وَءَاثَرَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا
فَإِنَّ ٱلْجَحِيمَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ
فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ
“Maka adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh Neraka-lah tempat tinggalnya. Adapun orang-orang yang takut kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh Surga-lah tempat tinggalnya.” (QS: An Naziat: 37-41).
Dua ayat ini menjelaskan bahwa alam dunia sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan setelahnya yaitu alam akhirat, ketika seorang yang hanya mengutamakan dunia saja seperti mengumpulkan harta kekayaan, berfoya-foya, dan menjadikan dunia ini alam yang abadi, maka itu sangat merusak alam akhiratnya seperti yang di jelaskan dalam ayat sebelumnya “maka sungguh Neraka-lah tempat tinggalnya.”
Setelah melakukan panjangnya perjalanan selama hidup di dunia, Allah Azza wajalla menyediakan Surga yang penuh dengan kenikmatan dan Neraka yang penuh dengan kesengsaraan sebagai perjalanan terakhir bagi ummat manusia, di sinilah di tentukan hasil dari perjalanan mereka.
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu kamu jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi, dan keudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS: Al Qasas: 83).*/ Khadijah Suparman