ALLAH Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (Asy-Syura: 42)
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” (Ibrahim: 42-43)
“…Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (Asy- Syu’ara’: 227)
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (al-Maidah: 79)
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa menipu kita, maka ia bukan termasuk golongan kita.” (Diriwayatkan Ahmad, Muslim, Abu Awanah, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah)
Sabdanya:
“Kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar)
Sabdanya:
“Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Ahmad, dari Ibnu Umar)
Sabdanya:
“Pemimpin mana saja yang menipu rakyatnya, maka tempatnya adalah neraka.” (Diriwayatkan Ahmad dan Muslim dari Ma’qil bin Yasar)
Sabdanya:
“Barangsiapa diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian dia tidak mencurahkan kesetiaannya, niscaya Allah mengharamkan surga baginya.” (Hadits riwayat Bukhari)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam riwayat lain berbunyi: “… lalu ia mati pada hari kematiannya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan surga baginya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, Ath-Thayalisi, Ath-Thabrani, Ibnu Hibban, dan Ahmad, dari Ma’qil bin Yasar)* [Tulisan selanjutnya]
Dipetik dari tulisan Imam Adz-Dzahabi dari buku Dosa-dosa Besar.