Ta’at dengan Suami
Menta’ti suami merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa diabaikan bagi seorang istri. Bahkan ketika seorang istrinya diperintah oleh orang tuanya untuk mengerjakan sesuatu dan dalam waktu bersamaan sang suami pula minta melakukan sesuatu maka sang istri harus nurut pada perintah suami.
Dalam riwayat dikisahkan bahwa seorang suami yang akan pergi berjihad berpesan kepada istrinya untuk tidak meninggalkan rumah. Setelah pesan disampaikan sang suami pun berangkat ke medan jihad. Selama berada di medan tempur datang soerang utusan ibu si istri untuk mengejuknya yang sedang sakit keras. Karena belum mendalat izin dari sang suami maka sang istri enggan memenuhi panggilan tersebut.
Keesokkan harinya delegasi sang ibu istri datang lagi menyampaikan hal yang sama, namun jawaban istri mujahid tadi tetap sama, tidak bisa datang. Sampailah pada hari berikutnya si ibu telah meninggal namun sang anak tetap tidak keluar rumah lantaran tidak mendapat izin dari sang suami. Akhir dari kisah itu disebutkan ternyata sang istri itu adalah ahli Surga.
Begitulah besarnya ketaatan seorang istri kepada suaminya. Bahkan dalam hadits disebutkan, andai seorang istri sujud dengan suaminya maka sang istri diperintahkan untuk itu.
Rasulullah ﷺ bersabda :
قَالَ فَلَا تَفْعَلُوا لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ الْحَقِّ
“Artinya: Beliau bersabda: Jangan kalian lakukan, seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan para wanita agar bersujud kepada suami-suami mereka, karena hak yang telah Allah berikan atas mereka.” (HR: Abu Daud).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Surga seorang anak berada di telapak kaki ibunya. Sementara Surga seorang istri ketika ia taat pada suaminya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنِ الْحُصَيْنِ بْنِ مِحْصَنٍ أَنَّ عَمَّةً لَهُ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَاجَةٍ فَفَرَغَتْ مِنْ حَاجَتِهَا فَقَالَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَاتُزَوْجٍ أَنْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ كَيْفَ أَنْتِ لَهُ قَالَتْ مَا آلُوهُ إِلَّا مَا عَجَزْتُ عَنْهُ قَالَ فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Artinya: Dari Al Hushain bin Mihshan bahwa bibinya pernah mendatangi Nabi ﷺ untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi ﷺ pun bertanya kepadanya: Apakah kamu mempunyai suami? ia menjawab, Ya. Beliau bertanya lagi: Bagaimanakah sikapmu terhadapnya? ia menjawab, Saya tidak pernah mengabaikannya, kecuali terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup. Beliau bersabda: Camkanlah selalu, akan posisimu terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan Surga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap) suamimu.” (HR: Ahmad).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menta’ati perintah suami tentu ada batasan-batasannya. Selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran islam maka wajib dipatuhi. Namun jika sebaliknya bertentangan dengan nilai-nilai islam tidak boleh ditaati.
Mendoakan Suami
Poin keempat ini banyak diabaikan oleh sebagian besar para istri. Mereka lupa bahwa doa seorang istri untuk suaminya penentu terbesar kesuksesan sang suami. Ada pepatah mengatakan, di balik kesuksesan seorang suami terdapat istrinya yang hebat.
Kika kata-kata ini kita ubah, dibalik keshalehan seorang suami terdapat istri shalehah yang mendoakannya. Maka doa adalah senjata paling ampuh yang bisa diapakai kapan pun oleh seorang istri untuk mewujudkan masuk Surga bersama suaminya. Tanpa doa biduk rumah tanggan akan mudah retak dan hancur yang bisa berujung pada perceraian. Na’uzibillah.
Maka apabila empat poin ini dilakukan oleh seorang muslim, inysa Allah ia akan bersama-sama dengan suaminya di Surga kelak.*/ Wandi Bustami, Penulis asatidz Tafaqquh Study Club