Oleh: Alimin Mukhtar
Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas empat dari sembilan sumber atau penyebab kelapangan hati, yaitu: kemurnian tauhid, cahaya iman, ilmu yang diwariskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan cinta kepada Allah. Sebagaimana diulas oleh Ibnu Qayyim dalam kitab Zaadul Ma’ad, masih ada lima lagi penyebab berikutnya. Untuk itu, mari kita lanjutkan dengan mengkaji kelima hal dimaksud.
Sumber kelima adalah kontinyu berdzikir.
Dalam segala situasi dan kondisi, di segenap tempat dan waktu. Pengaruh dzikir terhadap hati sungguh menakjubkan.
Dengan berdzikir, masalah yang kita hadapi memang tidak serta-merta selesai, namun minimal kita tidak jatuh terpuruk, bahkan memiliki energi berlipat untuk mengangkat bebannya. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Qs. ar-Ra’d: 28). Sebaliknya, orang yang lalai sangat mudah ambruk hanya dalam sekali hantaman persoalan.
Sumber keenam adalah berbuat baik kepada sesama dan menghadirkan kemanfaatan bagi mereka
Seseorang yang dermawan dan rajin berbuat baik adalah makhluk paling bahagia. Ia tidak pernah merasa kehilangan atas miliknya yang diberikan kepada orang lain.
Sebaliknya, orang yang pelit dan berperangai buruk pasti selalu dirundung perasaan was-was. Ia tidak hanya mencemaskan apa yang digenggam kedua tangannya, tetapi juga menyesali apa yang hilang atau terluput dari jangkauannya, bahkan mengkhawatirkan apa yang belum didapatkannya!
Sumber ketujuh adalah keberanian
Para pengecut takkan merasakan kehidupan yang tenang, manis, dan membahagiakan. Segala hal akan membuatnya takut, dan gangguan sekecil apa pun bisa menjadikannya terguncang.
Padahal, kehidupan adalah arena ujian dan cobaan. Sebagaimana kita tidak bisa mengarungi lautan tanpa membelah ombak, maka sebenarnya kita tidak mungkin hidup tanpa menghadapi masalah.
Para pemberani akan selalu meneguhkan hati, menyiapkan bekal, dan tidak pernah lupa bersandar kepada Allah. Akan tetapi, para pengecut sudah terkencing-kencing melarikan diri dari medan perang bahkan sebelum sempat melihat barisan musuh di kejauhan!
Sumber kedelapan adalah keluarnya kotoran dari hati, yakni dosa dan akhlak tercela.
Diceritakan bahwa ada seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah iman itu?” Beliau menjawab, “Jika kebaikan-kebaikanmu membuatmu senang dan keburukan-keburukanmu membuatmu sedih, maka engkau mukmin.” Orang itu bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apakah dosa itu?” Beliau menjawab, “Jika ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatimu, maka tinggalkanlah dia.” (Riwayat Ibnu Hibban. Isnad-nya shahih).
Sebuah hadits lain yang senada menceritakan bahwa Nawwas bin Sam’an al-Anshari bertanya tentang kebajikan dan dosa, maka Nabi menjawab, “Kebajikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah sesuatu yang terasa mengganjal di hatimu dan engkau tidak suka jika hal itu diketahui oleh orang lain.” (Riwayat Muslim)
Dua hadits di atas menunjukkan bahwa orang yang hidupnya “bersih” akan memiliki suasana hati yang lapang, nyaman, tidak diliputi was-was. Sebaliknya, orang yang melakukan dosa, kesalahan, atau pengkhianatan, pastilah tidak tenang. Ia khawatir jika kedoknya terbongkar.
Maka, sangat boleh jadi ia akan mudah merasa tertuduh, tersindir, dan tersinggung, padahal orang lain samasekali tidak bermaksud demikian.
Sumber kesembilan adalah tidak berlebihan dalam perkara-perkara yang mubah, seperti makan, minum, tidur, memandang, mendengar, berbicara, dan bergaul. Makan dan minum secukupnya akan menjadi bekal mengabdi kepada Allah, namun berlebih-lebihan di dalamnya akan mendatangkan kemalasan, penyakit, dan kemelaratan. Tidur seperlunya bisa mengisi “baterai” kita sehingga siap memikul amanah-amanah besar berikutnya, namun tidur yang kebablasan akan melalaikan dari kewajiban, menutup pintu rezeki, dan merusak badan. Pendek kata, segala yang berlebihan tidak akan mendatangkan kebaikan.
Oleh karenanya, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiga hal untuk kalian, yaitu gemar menyebar desas-desus, menghambur-hamburkan harta, dan terlalu banyak bertanya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, dari Mughirah bin Syu’bah).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam kitab Hilyatu al-Auliya’ diceritakan bahwa Atha’ bin Abi Rabah berkata kepada salah seorang muridnya, “Wahai putra saudaraku, sesungguhnya generasi sebelum kalian tidak menyukai pembicaraan yang berlebihan. Dulu, mereka menganggap pembicaraan sudah berlebihan bila membicarakan selain Kitabullah yang dibaca, atau amar ma’ruf, atau nahi munkar, atau engkau menyatakan suatu keperluan hidupmu yang memang harus diungkapkan. Apakah engkau mengingkari: “Sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasimu; yang mulia (di sisi Allah) dan selalu mencatat?” (QS: al-Infithar: 10-11), dan: “Ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya; seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS: Qaaf: 17-18). Apa salah seorang dari kalian tidak malu seandainya lembar-lembar catatan amalnya digelar di hadapannya, ternyata sebagian besar perkara yang memenuhi permulaan harinya bukanlah perkara yang penting bagi urusan agama maupun dunianya?”
Demikianlah, lima hal lain yang menjadi sumber lapangnya hati, sehingga genap menjadi sembilan perkara. Semoga Allah membimbing kita semua untuk mendapatkannya, sehingga kita termasuk kalangan orang-orang yang beruntung. Amin. Wallahu a’lam.*
Pengasuh PP Arrahmah Puteri, Batu, Jawa Timur