SATU orang di dunia meninggal karena bunuh diri setiap 40 detik, menurut laporan komprehensif pertama kali yang disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), berkaitan semakin banyaknya kematian tragis dan upaya pencegahannya.
Tingkat bunuh diri bervariasi dari satu negara ke negara lain di seluruh dunia, yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, sosial, agama, dan ekonomi tempat seseorang tinggal dan upayanya melakukan bunuh diri.
Sejumlah negara dengan pengaruh paling buruk memiliki lebih dari 40 kali kejadian bunuh diri dibandingkan dengan daerah yang pengaruhnya paling sedikit. Tapi tekanan hidup yang dapat menyebabkan tekanan emosional ekstrim, kondisinya serupa di semua negara dan ada langkah-langkah dari pemerintah untuk mengatasinya, kata WHO, dilansir The Star Online, Senin (13/10/2014).
Secara keseluruhan, badan PBB yang berbasis di Jenewa itu memperkirakan bahwa setidaknya ada 800.000 kasus bunuh diri per tahun. Tapi banyak negara tidak memiliki data dengan baik, karena tidak ada lembaga yang menangani kasus bunuh diri.
Mengkriminalkan upaya bunuh diri ternyata tidak bisa mencegah tindakan bunuh diri, sebagaimana terjadi di India. Negara itu merupakan salah satu yang memiliki tingkat bunuh tertinggi dengan hampir 21 kematian per 100.000 orang dibanding rata-rata global sebanyak 11 kematian.
Bunuh diri merupakan penyebab utama kedua kematian di kalangan orang-orang muda berusia 15-29 tahun, tetapi sebaliknya tingkat bunuh diri meningkat pada orang yang lebih tua lebih dari 50 tahun Kondisinya lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan kasusnya lebih banyak terjadi di negara-negara kaya dibandingkan dengan negara miskin.
Tiga-perempat kasus bunuh diri banyak terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan jumlah terbanyak di Eropa tengah dan timur, dan di Asia. Korea Utara memiliki tingkat bunuh diri tinggi, sebanyak 39,5 per 100.000 orang. Korea Selatan nyaris sama tinggi, dengan 36,6 kematian.
Negara-negara Katolik dan sejumlah besar Muslim cenderung memiliki tingkat yang lebih rendah disebabkan larangan dalam agama. Orang-orang yang mengalami konflik, pelecehan dan isolasi, serta yang menderita diskriminasi, seperti pengungsi, migran dan mereka yang menderita prasangka karena seksualitas, berada pada resiko yang tinggi.
“Kecenderungan bunuh diri bersifat sementara,” kata Dr Shekhar Saxena, direktur departemen kesehatan dan penyalahgunaan zat mental pada WHO dan penulis laporan tersebut. “Orang yang memiliki keinginan yang kuat untuk melakukan bunuh diri, akan menggunakan cara-cara yang ada di sekitarnya. Jika Anda dapat membatasi akses ke cara-cara itu, bahkan untuk beberapa jam, Anda dapat menyelamatkan banyak nyawa. Biasanya orang-orang yang memiliki pikiran ke arah sana, kemudian membicarakan ke orang lain, cenderung memutuskan untuk tidak melakukannya.”
Kebanyakan bunuh diri terjadi di pagi hari, mungkin setelah melewati waktu malam yang sulit tidur, serta tidak ada orang di sekitar yang bisa diajak bicara, dan ditambah lagi ketika alkohol telah ikut memainkan peran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Langkah-langkah untuk mencegah orang dengan mudah mendapatkan akses ke sarana bunuh diri telah dilakukan banyak negara. Obat penghilang rasa sakit sekarang hanya dapat dibeli secara terbatas di Inggris. Jembatan dibangun dengan pagar yang tinggi. Senjata yang legal dan mudah diperoleh seperti di Amerika Serikat, yang telah menyebabkan angka bunuh yang tinggi, sedang diperdebatkan untuk dilakukan kontrol senjata.
WHO ingin semua negara memiliki strategi nasional pencegahan bunuh diri, yang harus mencakup mengurangi akses ke sarana bunuh diri. Antara lain media massa diminta bertanggung jawab menghindari reportase yang bisa menimbulkan inspirasi upaya peniru, melakukan kebijakan penggunaan alkohol, perawatan orang yang menderita gangguan mental, nyeri kronis, dan tekanan emosional, serta pelatihan tenaga kesehatan dalam menilai dan mengendalikan perilaku bunuh diri .
Sejauh ini hanya 28 negara mengatakan telah memiliki strategi nasional pencegahan bunuh diri.*