Hidayatullah.com—Para peneliti di US Centers for Disease Control and Prevention menemukan penularan dari manusia ke manusia virus langka di Bolivia yang termasuk dalam keluarga virus penyebab demam berdarah, contohnya Ebola.
Virus Chapare, yang menyebabkan penderitanya mengalami demam berdarah, menjangkiti para pekerja kesehatan di La Paz dan sejauh ini tiga orang dilaporkan meninggal dunia karenanya, lapor The Guardian Senin (16/11/2020).
Para ilmuwan mengatakan bahwa pada 2019 dua pasien menularkan virus tersebut ke tiga pekerja kesehatan di ibukota de facto Bolivia, La Paz. Satu dari pasien itu dan dua tenaga medis tersebut kemudian meninggal dunia. Hanya satu wabah kecil virus tersebut sebelumnya pernah didokumentasi, yaitu daerah Chapare yang jauhnya 370 mil arah timur dari La Paz pada tahun 2004.
“Hasil kerja kami mengkonfirmasi bahwa seorang dokter residen muda, seorang tenaga medis ambulans dan seorang ahli gastroenterologi semua terpapar virus tersebut setelah kontak dengan pasien-pasien yang terinfeksi,” kata Caitlin Cossaboom, seorang ahli epidemiologi pada divisi patologi dan patogen berkonsekuensi tinggi di CDC. Du dari tenaga kesehatan itu kemudian meninggal dunia.
“Kami sekarang yakin banyak cairan tubuh yang berpotensial membawa virus tersebut,” imbuh Cossaboom.
Virus itu diyakini dibawa oleh tikus, yang kemudian kemungkinan menularkannya kepada manusia. Secara umum, virus yang menyebar melalui cairan tubuh lebih mudah diatasi dibanding virus yang menyebar lewat saluran pernapasan seperti virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang sedang mewabah saat ini.
Cossaboom mengatakan pasien yang terjangkit virus itu mengalami demam, sakit di bagian perut, muntah, gusi berdarah, ruam pada kulit dan rasa sakit di belakang mata. Oleh karena belum ada obat khusus untuk mengatasinya, maka pasien hanya menerima perawatan pendukung seperti pemberian cairan infus.
“Kami mengisolasi virus itu, dan kami berharap akan menemukan penyakit biasa, tetapi data urutan mengarah kepada virus Chapare,” kata Maria Morales-Betoulle, seorang pakar patologi di CDC. “Kami sangat terkejut.”
Temuan itu dipresentasikan hari Senin (16/11/2020) dalam pertemuan tahunan American Society of Tropical Medicine and Hygiene (ASTMH). Kasus itu dianggap penting karena penularan virus dari manusia ke manusia berpotensial menimbulkan wabah baru di masa depan.
Para peneliti juga mengatakan virus itu kemungkinan sudah beredar selama beberapa tahun tanpa terdeteksi, karena mudah terjadi salah diagnosis dikira demam dengue yang memiliki gejala sama. Para ilmuwan mengatakan mereka perlu melakukan studi lanjutan terhadap virus tersebut untuk melihat kepasitasnya menyebabkan wabah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ilmuwan dapat segera mengidentifikasi, mengatasinya dan membuat tes virus itu disebabkan adanya kerja sama erat antara otoritas kesehatan Amerika di lapangan, otoritas kesehatan Bolivia, serta para ilmuwan di Pan American Health Organization cabang dari World Health Organization (WHO).
“Sementara masih banyak yang belum diketahui tentang virus Chapare itu, kecepatan tim ini dalam membuat tes diagnostik, mengkonfirmasi transmisi manusia-ke-manusia dan mengungkap bukti awal virus ini berasal dari hewan pengerat, patut mendapatkan pujian,” kata Dr Joel Breman, presiden ASTMH, seraya menekankan bahwa kerja sama erat antar berbagai organisasi internasional beserta peralatan yang lengkap dan canggih dapat membantu mengidentifikasi penyakit yang muncul di masyarakat.*