Perangkat bertenaga baterai ini kerap dipromosikan sebagai alat untuk membantu perokok untuk keluar dari kebiasaan buruk merokok tembakau.

Tim peneliti dari Yunani mengatakan penggunaan rokok elektrik dalam jangka pendek ternyata sama atau bahkan lebih merusak daripada yang semestinya.

Baca: Singapura Akan Gunakan Kamera untuk Menangkap Perokok di Kawasan Terlarang

“Efek merugikan yang diamati dalam paru-paru pada paparan asap rokok elektrik pada model hewan itu menyoroti perlunya penyelidikan lebih lanjut tentang keamanan dan toksisitas perangkat yang berkembang pesat di seluruh dunia,” ujar perwakilan peneliti Dr. Constaninos Glynos.

Mereka menstimulasi isapan rokok tradisional, dengan mengeluarkan uap yang berasal dari bahan kimia cair dalam wadah isi ulang berisi propylene glycol, nikotin, dan banyak rasa.

Propylene glycol –senyawa aditif yang tidak berwarna dan berbau– ditemukan dalam pelbagai makanan dan minuman olahan. Senyawa ini digunakan sebagai pelarut dalam sejumlah obat.

Temuan, yang dipublikasikan dalam American Journal of Physiology –sel paru-paru, menunjukkan bahwa rokok elektrik dan isi ulang perasa tidak diatur dengan baik– dan tidak diketahui dampak dalam jangka panjang terhadap kesehatan.

Baca: WHO: Eropa Hadapi Masalah Merokok, Alkohol, Obesitas dan Imunisasi

Jadi, para peneliti membandingkan beberapa kelompok tikus yang menerima paparan seluruh tubuh terhadap pelbagai kombinasi kimia selama empat kali setiap hari, dengan setiap sesi dipisahkan oleh interval bebas asap selama 30 menit, tulis Mirror.

“Rokok elektrik dinyatakan melepaskan sedikit nikotin berbahaya atau sebagai alat baru menghentikan merokok. Namun, temuan kami menunjukkan bahwa paparan uap dari rokok elektrik memicu respons peradangan dan memengaruhi mekanisme pernapasan. Dalam beberapa kasus, perasa tambahan dalam rokok elektrik memperburuk efek yang merugikan dari rokok tersebut,” sambung Dr. Glynos.

Dakwah Media BCA - Green

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Hasil penelitian pada kelompok lain yang mendapat paparan asap rokok tembakau dan tiga kelompok lain dari rokok elektrik dengan propylene glycol dan perasa tembakau selama tiga hari hingga empat minggu ini, diperoleh hasil bahwa terjadi peradangan, produksi lendir, dan perubahan fungsi paru-paru.

“Kami menyimpulkan bahwa baik rokok elektrik dan konvensional sama-sama berdampak negatif terhadap kondisi biologis paru-paru,” tegas Dr. Glynos.

Baca: IPM: Indonesia Darurat Rokok

Meski Badan Kesehatan Inggris menyatakan rokok elektrik 95 persen lebih aman dibanding rokok tradisional. Mereka menyarankan agar perokok mempertimbangkan untuk beralih ke rokok elektrik untuk berhenti dari merokok.

Namun, kritikus memperingatkan bahwa rokok elektrik dapat menyebabkan penyakit paru, menyebabkan ketagihan nikotin, atau jalan masuk merokok bagi anak-anak.*