Hidayatullah.com–Selama dua bulan terakhir, Wawan, pria asal Tasikmalaya mengeluh sakit di bagian perutnya. Dokter lantas memeriksa dan menunjukkan foto hasil rontgen bahwa terdapat banyak paku di dalam perut Wawan. Bahkan ada satu paku yang sampai melukai perutnya hingga tembus kulit luar.
Wawan bukanlah kasus pertama yang terjadi. Pada beberapa bulan lalu, Hendro Wijatmiko, pria asal Situbundo, Jawa Timur, juga dilarikan ke rumah sakit setelah mengaku sakit perut parah. Hasil rontgen mengungkapkan ada benda tajam seperti pisau, paku dan koin logam di dalam perutnya.
Bagaiamana mungkin benda-benda tajam itu bersemanyam di dalam perut, apalagi dalam jumlah banyak? Ada kemungkinan itu akibat serangan ilmu hitam atau lebih dikenal dengan nama santet. Jika benar, bisakah dilawan? Bila bisa, bagamana caranya? Dapatkah ilmu kedokteran mengatasinya?
Nah, DR dr Sagiran, Sp.B., M.Kes, punya pengalaman.
Empat tahun lalu di Bantul, Yogyakarta heboh wanita paku. Wanita muda ini bernama Supiyati. Di dalam tubuhnya tertanam ribuan paku, jarum dan kawat yang dikirim oleh orang jahat. Dalam istilah yang populer, Supiyati terkna santet.
Logam-logam itu bersarang di berbagai organ Supiyati. Ada yang di lengan, tungkai, betis, wajah dan organ lain. Bisa dibayangkan, betapa menderitanya wanita asal Palembang, Sumatera Selatan ini.
Anehnya, setiap paku-paku itu diambil, datang lagi paku-paku yang lain menyerang Supiyati. Terus begitu selama 4 tahun. Jumlah total paku yang keluar dari badan Supiyati ada 2207 buah.
Selain Supiyati, nama lain yang mencuat dalam kasus itu adalah Sagiran. Nama ini adalah ketua tim dokter yang menangani Supiyati di Ruma Sakit Nur Hidayah Bantul. Bagi dokter ahli bedah ini, kasus yang menjadi sorotan nasional ini menjadi ujian sekaligus rahmat.
Ujian, sebagai dokter Muslim dan berada di rumah sakit Islam pula, ia dituntut berpegang teguh pada syariat Islam. Sebagai rahmat, lewat kasus inilah Sagiran dipaksa percaya terhadap keberadaan sihir.
Dokter lulusan Universitas Gajah Mada ini awalnya sama sekali tidak percaya dengan santet. “Itu tidak ada dalam ilmu medis Barat yang saya pelajari,” katanya.
Karena itulah saat awal menangani Supiyati, mantan Pembantu Dekan I FK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini (UMY) ini kukuh memakai pendekatan medis Barat. “Ini kasus biasa, seperti kasus bedah lain,” tegasnya.
Hingga sampai pada satu titik, Ketua Pusat Studi Kedokteran Islam ini dibuat terbelalak. Paku-paku yang sudah ia ambil lewat operasi bedah dari dalam tubuh Supiyati, keesokan harinya bersarang kembali di dalam tubuh pasien. “Masyaallah, itu terjadi di depan mata saya,” katanya.
Dalam perjalanan merawat Supiyati, masih banyak lagi hal-hal di luar nalar yang ditemui anggota Majelis Tarjih Muhammadiyah ini. Misalnya, saat ia sudah berada di depan meja operasi, tiba-tiba pakunya lenyap dari tubuh Supiyati. “Padahal sebelumnya paku itu jelas-jelas tertangkap foto rontgen,” katanya.
Pernah pula di depan matanya Supiyati muntah paku sepanjang 10 cm. Paku itu berada dalam posisi melintang di dalam mulut sehingga harus diambil pakai tangan. “Yang aneh lagi, tidak ada setetespun darah yang keluar,” ujarnya.
Pada titik itulah pria kelahiran Bantul, 8 Juli 1968 ini percaya dengan santet. Lantas apa yang ia lakukan? “Saya menabuh genderang perang melawan santet,” tegas pemilik RS Nur Hidayaah ini. Bagaimana caranya dan bagaimana pula hasilnya?
Sagiran menceritakan semuanya itu kepada Bambang S dari Suara Hidayatullah jelang akhir tahun lalu. Pertemuan berlangsung dua kali. Pertama di Klinik Nur Hidayah dan kedua di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya.
Paku Bermunculan
Supiyati asal Sumatera kok bisa berobat di Bantul, bagaimana ceritanya?
Persisnya saya juga tidak tahu. Yang saya dengar ada dua versi. Pertama, kalau pindah ke Jawa santetnya tidak sampai karena jaraknya jauh. Luar pulau. Tetapi kenyataannya sampai. Kedua, di Jawa dukun-dukunnya lebih sakti. Entah mana yang benar. Yang pasti, dia punya saudara di Bantul.
Bagaimana reaksi Anda pertama?
Tidak percaya. Saya ini dokter produk pendidikan Barat. Santet tidak dikenal dalam dunia medis. Tidak ilmiah dan tidak masuk akal. Bahwa ada benda asing masuk ke dalam tubuh manusia kemudian menimbulkan rasa sakit itu hal biasa dijumpai pada pelayanan medis sehari-hari. Jadi Supiyati ini kasus medis biasa.
Penanganannya selalu sama. Mengeluarkan sesegera mungkin benda asing tersebut, lalu membersihkan kotoran yang dibawanya. Begitu saja.
Tapi pakunya terus bermunculan, walau sudah diambil. Bahkan jumlahnya sampai ribuan. Bagaimana Anda melihat itu?
Itu yang membedakan kasus Supiyati dengan kasus yang lain. Mungkin dia mengalami gangguan jiwa, semacam halunisasi, kemudian dia memasukkan benda asing itu ke tubuhnya sendiri. Saya awalnya mereka-reka jawaban atas pertanyaan itu. Saya berfikir dengan logika medis Barat yang tentu tidak ada referensi agama. Tapi pada akhirnya jawaban-jawaban itu tidak masuk akal juga.
Operasi kemudian tetap berlangsung. Bagaimana jalannya?
Alhamdulillah, berjalan lancar. Operasi pertama berlangsung sekitar 2 jam dan berhasil mengangkat 69 paku, kawat, jarum dengan berbagai ukuran. 30 dari kaki kiri dan 39 dari kaki kanan. Nanah selalu mengucur deras setiap pengangkatan satu paku dan jarum di sekujur tubuh. Selesai tindakan pencabutan benda asing dan pengeluaran nanah, dilanjutkan pembalutan luka. begitulah prosedur rutinnya.
Selesai operasi, pasien dilakukan pemeriksaan foto rontgen. Ini pun prosedur rutin yang biasa dilakukan terhadap operasi sejenis. Hasil foto rontgen, ternyata masih ada 2 buah jarum, 1 di tumit kanan dan 1 tumit kiri. Saya berfikir mungkin tadi ada jarum yang tertinggal. Segera pasien kembali dinaikkan ke meja operasi untuk mengambil paku yang masih tertanam di kaki. Setelah operasi, kembali dilakukan rontgen dan hasilnya bersih.
Baca: Spesialis Gangguan Jin Setuju Pasal Santet, Cegah Pemimpin Musyirik
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kasus Supiyati menjadi heboh karena pemberitaan media, baik lokal maupun nasional. Tentu semua itu ada dampaknya….
Dampak dari pemberitaan itu adalah datangnya para “simpatisan” yang ingin membantu penyembuhan Supiyati. Setiap saat tamu datang ingin berkunjung, melihat, mendoakan hingga melakukan tetapi supranatural.
Suatu kali pernah seseorang masuk begitu saja ke ruangan rawat inap Supiyati dan langsung melakukan ritualnya sambil memegang jempol kaki Supiyati. Supiyatipun kesakitan dan teriak-teriak.
Lain lagi datang orang-orang yang menawarkan jasa berupa penyembuhan dengan membawa air, mengirim media-media yang katanya untuk menangkal santet, mengusir jin dan sebagainya.
Saya sering ditelepon orang dari berbagai kota yang menawarkan jasa penyembuhan ghaib. Rata-rata mereka mengemukakan kehebatannya dalam menangani kasus-kasus santet dan berbagai gangguan sihir. Beberapa penelepon bernada meremehkan dunia medis, hingga mengeluarkan pernyataan ancaman atau menakut-nakuti.
Bagaimana Anda menghadapi mereka?
Saya masih bersikukuh bahwa benda asing menimbulkan infeksi adalah hal yang biasa. Jadi saya abaikan semua. Beberapa hari lagi juga akan membaik seperti umumnya pasien. Namun pemberitaan media yang terus menerus akhirnya menyadarkan saya bahwa ini ada yang tidak wajar dalam peristiwa ini.
Pada tahap ini pikiran saya mulai goyah. Saya mulai membuka referensi agama yang menerangkan campur tangan dunia ghaib dalam kehidupan manusia. Ternyata terdapat puluhan ayat dalam al-Quran yang menceritakan bahwa setan itu ada dari jenis jin dan manusia, mengganggu manusia, masuk dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, sampai pada titik ini Sagiran belum juga percaya dengan santet. Lantas? Ikut kisah berikutnya
>>>>BERSAMBUNG