Hidayatullah.com—Anak-anak yang banyak mendengkur, atau karena gangguan pernafasan lain, cenderung beresiko lebih tinggi memiliki masalah pada perilaku dan emosinya di kemudian hari, demikian menurut studi yang dilakukan terhadap lebih dari 10.000 anak di Amerika Serikat, lansir Reuters (07/03/2012).
Hasil studi yang dimuat di jurnal Pediatrics itu, bukan yang pertama kalinya menghubungkan antara masalah perilaku dengan gangguan tidur akibat sistem pernafasan.
Tim peneliti pimpinan Karen Bonuck dari Albert Einstein College of Medicine, New York, mengikuti perkembangan lebih dari 10.000 anak sejak masa bayi hingga usia 7 tahun.
Sebanyak 45 persen anak ditemukan tidak memiliki masalah pada pernafasan di saat tidur di malam hari, berdasarkan keterangan dari para orangtua. Sisanya, memiliki gangguan pernafasaan saat bayi atau ketika anak berusia dini.
Secara keseluruhan, tim Bonuck menemukan, anak-anak yang memiliki gangguan pernafasan pada saat tidur ketika masih bayi atau setelahnya, cenderung memunculkan gejala gangguan pada perilaku dan emosinya, seperti ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) atau kegelisahan pada usia 7 tahun.
Sekitar 13,5 persen anak dengan gangguan pernafasan ketika tidur memunculkan gejala gangguan perilaku pada usia 7 tahun. Sementara di kalangan anak yang tidak memiliki gangguan pernafasan saat tidur, angkanya hanya sekitar 8 persen.
Meskipun demikian, peneliti belum memastikan apakah gangguan perilaku dan emosi pada anak-anak itu termasuk ADHD. Sebab, penilaiannya sejauh ini baru pada hasil pengamatan oleh orangtua. Untuk itu, anak-anak yang dicurigai memiliki gangguan perilaku akan diteliti lebih lanjut.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Selain itu, Bonuck juga menegaskan agar orangtua yang anaknya mengalami gangguan pernafasan saat tidur tidak perlu panik bahwa anaknya dikemudian hari akan bermasalah. Sebab menurut Bonuck, gangguan emosi dan perilaku disebabkan oleh banyak faktor, dan orangtua dapat memberikan perhatian dan perawatan dini untuk anak-anaknya, sehingga resiko gangguan perilaku dan emosi di kemudian hari dapat ditekan.*