Sambungan artikel PERTAMA
Namun setelah itu semua menteri BJP mengundurkan diri dari kementrian. Ketika para anggota baru dari partai tersebut bergabung dalam pemerintahan, ternyata setidaknya satu dari mereka hadir dalam reli yang menolak penyelidikan. Wakil ketua menteri baru dengan insensitif mengatakan bahwa pemerkosaan dan pembunuhan Kathua merupakan sebuah insiden kecil dan tidak perlu dibesar-besarkan.
Mencari Keadilan dari Gujarat ke Delhi
Namun di luar kasus Kathua, ada banyak kasus lainnya yang memberikan kesan bahwa umat Islam India tidak lagi dapat mempercayai institusi negara, termasuk pengadilan.
Pada Maret, banyak negara bagian India yang terdampak oleh kekerasan selama festival Ramanavami Hindu. Serangan-serangan pada daerah Muslim di beberapa bagian berbeda di Bihar dan Bengal Barat dilaporkan telah terjadi. Di banyak tempat, rumah dan tempat usaha umat Islam telah diserang, dibakar dan dijarah. Serangan yang sama telah banyak terjadi dalam empat tahun terakhir, namun tingkat dan intensitas kekerasan telah meningkat berkali lipat pada 2018. Pemerintah dan otoritas hukum, dalam banyak kasus, gagal dalam bertindak dan membiarkan hal ini terjadi.
Pada April, sebuah pengadilan India membatalkan hukuman anggota senior partai BJP Maya Kodnani yang didakwa hingga 28 tahun penjaran karena perannya dalam pembantaian 97 orang pada tahun 2002 di negara bagian Gujarat.
Baca: Suku Muslim Bakarwal Tinggalkan Desa, Akibat Perkosaan Asifa Bano
Rekannya Bau Bajrangi juga mendapat keringanan dalam hukumannya. Sudah jelas bahwa pengadilan tidak tertarik mengajukan kasus yang baik terhadap para terdakwa. Pembebasan Kodnani telah membuat kecewa dan marah para korban umat Islam dalam kerusuhan Gujarat, yang telah berjuang lama untuk mendapatkan keadilan.
Juga pada April, terdakwa pelaku ledakan Masjid Mecca pada 2007 yang menyebabkan sembilan orang terbunuh, dilepaskan. Semua terdakwa adalah anggota organisasi yang menganut ideologi Hindutva/Hinduness.
Ini merupakan kasus besar di mana badan penyelidikan telah membuktikan peran yang dimainkan organisasi-organisasi tersebut dalam membunuh umat Islam. Pengacara Rohini Salian, yang merupakan jaksa utama dalam kasus ini, telah secara terbuka menuduh Badan Investigasi Nasional (NIA) menekannya agar “bersikap lunak” pada para terdakwa. Dalam wawancara baru-baru ini, dia mengulangi tuduhannya.
Sebelum hal ini, pemerintah Uttar Pradesh menginisiasikan proses penarikan 131 kasus – semua menyebut penganut Hindu sebagai terdakwa – termasuk 13 kasus pembunuhan dan 11 percobaan pembunuhan – yang berhubungan dengan kekerasan massal tahun 2013 terhadap umat Islam di kota Muzaffarnagar dan Shamli.
Baca: Kebencian terhadap Muslim Meningkat, Pria Muslim India Dibakar Hidup-hidup
Pada akhir April, enam pria Hindu ditangkap di Gurugram, di negara bagian Delhi, setelah foto-foto dan video-video mereka mengganggu proses sholat Jumat viral di media sosial. Namun mereka secara cepat dibebaskan dengan jaminan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi, sekitar 500 orang yang menyatakan kesetiaan mereka berbagai organisasi Hindutva/Hinduness yang dekat dengan partai BJP turun ke jalanan Gurugram pada 30 April sebagai sikap dukungan pada keenam pria itu. Para demonstran menuntut penghapusan tuntutan terhadap terdakwa, serta pelarangan pertemuan ibadah di tempat terbuka dan tanah pemerintah tanpa persetujuan otoritas.
Umat Islam India memiliki perasaan bahwa sebuah perang fisik dan psikologis telah dikobarkan melawan mereka. Aparatur negara, sebagaimana yang terbukti dari contoh-contoh di atas, menutup mata – kalau tidak memberikan dukungan langsung – terhadap ketidakadilan yang dilakukan pada umat Islam. Dengan pemilihan umum yang akan datang, banyak yang takut bahwa kekerasan anti-Muslim di India hanya akan meningkat dan semakin intensif dalam beberapa bulan ke depan. Ini, sayangnya, dipandang oleh BJP sebagai metode yang sah untuk mengumpulkan suara penganut Hindu dalam pertarungan pemilu.*/Nashirul Haq AR