SIANG itu di tepi pantai Jeddah, Arab Saudi. Matahari begitu terik dan menyengat. Namun angin pantai bertiup kencang, membuat sebuah bendera yang tak asing lagi bagiku tetap berkibar.
Kamis, 7 September 2017. Allah kembali mempertemukan saya dengan rombongan jamaah haji asal Myanmar. Selesai shalat ashar di masjid. Mata saya tertuju pada sebuah bendera; Kuning-Hijau-Merah dengan Bintang Putih di tengahnya.
Saya mendatangi salah seorang anggota rombongan yang bertugas membawa bendera Myanmar itu. Ketika saya tanya, ternyata dia sedikit paham bahasa Arab.
Diaurrahman, nama pemuda asal Myanmar itu. Tahun ini ia dapat menunaikan haji bersama jamaah lainnya senegaranya.
“Ada 80 jamaah haji semua,” jawab dia setelah saya tanya.
Saat saya temui di Jeddah, Kamis itu, dia akan melanjutkan safarnya ke Madinah untuk menghabiskan sisa waktu mereka di Arab Saudi.
“Kami di sini selama 30 hari, 20 (hari) di Mekkah dan 10 hari di Madinah,” tuturnya.
Jamaah ini mengaku berangkat dari Myanmar menuju Tanah Suci tanpa kendala.
Saya kemudian bertanya, “Bagaimana Anda sampai di sini dalam kondisi konflik di negara Anda?”
‘Tidak semua daerah di Myanmar terkena konflik. Ada daerah yang kondisinya mencekam atau daerah konflik seperti (yang menimpa) Rohingya dan Arakan, ada juga yang tidak seperti daerah kami,” ungkapnya.
Dan rupanya, para jamaah haji asal Myanmar, aku Diaurrahman, turut mendoakan saudara-saudara mereka etnis Rohingya yang ditindas rezim Myanmar.
“Pasti (kami berdoa untuk saudara-saudara kita Rohingya), kami harus dan selalu mendoakan mereka,” ungkap pemuda tersebut.
Pemuda ini tampak ramah, dia tak menolak saat saya ajak berfoto, seakan senyumnya menghilangkan gerah dan panas badannya yang bercucuran keringat.
Pertemuan kami singkat tapi penuh makna. Saya harus meninggalkan dia dan rombongan, untuk urusan lain.
Baca: Doakan Rohingya, KH Arifin Ilham: Kebiadaban Myanmar untuk Menguji Keimanan dan Ukhuwah Kita
Doa Jamaah Indonesia
Sebelum ini, pada Sabtu, 11 Dzulhijjah 1438 H (02/09/2017) lalu, saya juga sempat bertemu jamaah haji lain asal Myanmar di kawasan Mina. Saat saya temui, salah seorang jamaahnya mengaku bahwa jamaah haji yang berangkat dari Myanmar berjumlah 200 orang.
Sayangnya saat itu kami tidak bisa lanjutkan percakapan dikarenakan kendala bahasa. Tapi saya titip kepada mereka agar turut untuk mendoakan saudara-saudara sesama Muslim di Arakan atau Rakhine yang sedang tertindas.
Di balik pertemuan ada doa yang terselip, ada asa yang terpatri. Bisa jadi lewat doa-doa kita dan mereka yang mewakili dari ribuan umat Muslim Rohingya yang terbunuh dan tertindas di Rakhine, Myanmar sana, Allah kabulkan dan jadi kunci kemenangan untuk kaum Muslimin.
Pekan ini, Selasa, 5 September 2017, saya menjumpai salah seorang jamaah haji dari negara lain. Tapi kisah singkat tentangnya masih terkait Rohingya.
Sebut saja Abdullah. Dia jamaah haji reguler asal Indonesia, tepatnya Kalimantan Selatan. Ia mengaku mendaftar haji sejak tahun 2009. Alhamdulillah ia bisa berangkat haji tahun 1438 H/2017 ini bersama istri dan mertuanya.
Abdullah bersyukur dapat melaksanakan haji tahun ini dan dapat melihat langsung kiblat umat Islam. Alhamdulillah, tidak ada kendala berarti yang ia rasakan sepanjang perjalanan, semua terasa lancar baginya.
Baca: Doa untuk Bangsa: Nasehat untuk Haji Jokowi dan Haji Jusuf Kalla
Pada siang nan terik itu, dia baru saja melakukan thawaf ifadah. Selanjutnya ia akan menuju Shafa dan Marwa untuk proses Sa’i.
“Alhamdulillah, saya bersyukur dapat melaksanakan haji tahun ini bersama istri dan mertua, saya berharap selanjutnya kami dapat kembali mengunjungi kota mulia ini,” ungkapnya kepada saya.
Sebelum menjumpainya, saya melihat Bapak ini tampak berdoa dengan khusyuk di lantai teratas kawasan perluasan Masjidil Haram. Ia menghadap bangunan hitam Ka’bah, tepatnya dari sisi hajar Aswad dan Maqom Ibrahim.
Ia mengaku, banyak doa yang dipanjatkan saat itu. Dan rupanya, Masya Allah, tak lupa juga ia mendoakan untuk saudara-saudara etnis Rohingya.
Oh iya, kemarinnya, Senin malam Selasa, saya dan jamaah haji rombongan kami sempat membahas tentang kondisi Rohingya dan kaum Muslimin di Myanmar.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Terkait itu, salah seorang jamaah mengabarkan bahwa Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, akan dipenuhi massa sebagai tekanan untuk pemerintah Myanmar dan ekstremis Buddha di negara itu, atas kekerasan terhadap kaum Muslimin etnis Rohingya.
Aksi Bela Rohingya itu pun berlangsung pada Jumat (08/09/2017), namun lokasinya dipindahkan ke sebuah masjid dekat Candi Borobudur. Berbagai ormas dan lembaga serta ribuan massa turut dalam aksi ini.
Baca: Banyak Peserta Tertahan di Jalanan dalam Aksi Bela Rohingya Dekat Borobudur Berjalan Lancar
Kami dari Tanah Suci turut mendoakan semoga umat Islam etnis Rohingya segera terbebas dari segala penindasan dan kekejaman yang mereka derita.
Semoga pula, negara tercinta Indonesia selalu damai, rukun, dan terjaga toleransi antar umat beragama. Aamiin!* Diceritakan kepada hidayatullah.com oleh Ismail di Tanah Suci