Hidayatullah.com–Sejak hari pertama Zionis-Israel menancapkan kuku penjajahannya di bumi Baitul Maqdis (Palestina), tidak kurang dari 900 ribu penangkapan telah terjadi. Di balik satu demi satu aniaya sebenarnya menyimpan kisah memilukan. Namun, hanya sekelumit yang sanggup diungkap oleh media.
Kisah Ahmad Nabhan salah satunya. Pria berumur 53 tahun ini lahir di Mukhayyam Askar Al-Qadim, Kota Nablus, Tepi Barat. Hampir separuh dari masa hidupnya dia habiskan di atas lantai dingin penjara Zionis-Israel.
Ia dipenjara tiga kali di penghujung tahun delapan puluhan. Kemudian dua kali sepanjang tahun sembilan puluhan. Semenjak Pemerintah boneka memegang kuasa di daerah Tepi Barat, ayah dari 19 anak ini kembali dipenjara selama 3 tahun lamanya.
April 2002, beliau dipenjara selama tiga tahun. Bebas sejenak, pada November 2005 kembali ditangkap dan meringkuk selama tiga tahun berikutnya. Dilepaskan kembali saat, hanya berhitung bulan pada November 2008 ditangkap lagi dan dikurung selama 40 bulan. Dan begitu seterusnya hingga sekarang.
[Video] Hampir Sebulan Terjebak di Bawah Terowongan Runtuh, 23 Pejuang Palestina di Gaza Selamat
Dua tahun terakhir ini ia menghirup udara bebas. Mungkin itu masa terlama ia berada di luar penjara. Pada permulaan tahun 2017 tepatnya hari kamis, 19 Januari 2017 ini dia kembali ditangkap, tanpa tuduhan baru.
Dari dulu hingga sekarang sama saja tuduhannya; yaitu keterlibatannya dengan Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS). Membahayakan eksistensi penjajah di tanah airnya.
“Kesalahahnya” hanya satu. Melawan. Sedangkan Ahmad Nabhan sadar betul dan siap atas segala resiko dari sikapnya itu.
Kekhawatiran Keluarga
Ahmad Nabhan sudah biasa keluar masuk penjara. Sikapnya terhadap penjajahan tak kunjung berubah. Tetap melawan. Namun pada penangkapan terakhir ini pihak keuarga begitu khawatir. Pasalnya, Ahmad Nabhan ditangkap paksa dalam kondisi kesehatan sangat tidak stabil.
Penyakit komplikasi pernafasan, gula dan lainnya telah menggerogoti tubhnya. Pun demikian, Zionis tetap manangkapnya. Bahkan di hari seharusnya Ahmad pergi berobat.
“Hari kamis itu sebanarnya kami sudah ada janji dengan dokter, namun Tentara Zionis menangkapnya di pagi buta,” kata sang istri kepada The Palestinian Information Center (PIC) belum lama ini.
Tindakan tersebut dianggap oleh pihak keluarga bermaksud membunuhnya pelan-pelan.
Pengorbanan Demi Pengorbanan
Dua pekan sebelum hari naas itu, penjajah sebenarnya sudah mendatangi rumah Nabhan. Namun, Zionis tidak mendapatinya karena ia tengah pergi berobat ke Kota Ramallah. Tentara Zionis mengamuk mengobrak-abrik rumahnya, dan membakar pelatarannya. Bahkan, merampas sejumlah uang dari istrinya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Perlakuan semena-mena tidak hanya dilancarkan terhadap sang istri. Kepada anaknya tidak kalah kejam.
Putranya, Muhammad, menderita stroke yang membuat setengah badannya tidak lagi berfungsi. Hal itu disebabkan sebuah tembakan Zionis yang menembus badanya. Tidak puas hanya menembak, kemudian Zionis-Israel memenjarakannya di Jasril Karomah selama dua setengah bulan.
Sebagaimana diketahui, Ahmad Nabhan dikenal sosok suami pengayom. Ayah penyayang. Baik hati dan sangat peka dalam hubungan kemasyarakatan.
“Beliau tidak pernah menolak seorang yang mengetuk pintunya yang meminta bantuannya,” kenang sang istri.
Ia juga sosok yang disegani dan dicintai. Tidak hanya di daerah Askar Al-Mukhayyam. Namun di seluruh Kota Nablus. Pasalnya, dia tidak pernah membedakan latar sosial dan golongan. Tidak pula berpilih dalam mengasihi anak-anaknya yang banyak. Setiap mereka punya tempat tersendiri bagi ayah teladannya itu.*/MR Utama