Hidayatullah.com–Kisah ini tentang Ahmad Syabir. Pemuda umur 17 tahun berdarah murni Gaza. Sejak lahir, penyakit liver telah bercokol di tubhnya. Jasadnya rapuh oleh penyakit yang menggerogotinya belasan tahun.
Namun di dalam tubuh yang sakit menyimpan jiwa yang ikhlas dan ruh yang kuat. Keteguhan yang mengantarkannya kepada kematian. Kematian melegenda yang hidup di hati setiap jiwa rakyat Gaza.
Dua tahun terakhir ini, penyakit Ahmad kian parah. Ditemani ibundanya, Ahmad berangkat melintasi perbatasan Bet Hanun. Mencari rumah sakit yang lebih memadai di luar Gaza.
[Video] Hampir Sebulan Terjebak di Bawah Terowongan Runtuh, 23 Pejuang Palestina di Gaza Selamat
Namun siapa sangka, Zionis melarangnya. Intelijen Zionis-Israel mencuri kesempatan dalam kesempitan. Zionis memberi syarat. Jika mau dibiarkan lewat, harus membeberkan informasi seputar Gaza; tentang identitas para para pejuang Al-Qassam dan keluarganya. Ahmad menolak.
“Ringkas saja. Mereka memintaku untuk menjadi mata-mata, maka aku jawab, aku lebih memilih mati di Gaza! Ketimbang menjual diriku kepada mereka dengan harga yang murah. Kemudian membahayakan orang-orang di negeriku,” terang Ibunda Ahmad kepada The Palestinian Information Centre (PIC) menirukan ucapan Ahmad (25/01/2017).
Sikap serupa ditunjukan oleh sang Ibu. Kepada Zionis dia mengatakan, “Saya menolak menjual diri dengan harga murah dan melukai anak-anak di negeriku. Sebagaimana kalian selalu peduli dengan apa yang kaliau sebut negera kalian, maka saya pun akan setia kepada negera saya!” terangnya.
Introgasi berlangsung selama dua belas jam. Sejak jam tujuh pagi hingga jam tujuh malam. Ahmad menghadapi introgasi itu seorang diri. Sedang sang ibu terpaksa melepaskannya karena desakan Zionis-Israel. Kemudian sang Ibu diintrogasi di ruang berbeda. Mereka memberondong Ahmad yang tegah membutuhkan penanganan medis serius itu dengan banyak pertanyaan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Zionis menuduh kedatangannya ke Beit Hanun untuk melakukan aksi mata-mata. Dia membantah. Dia datang ke Beit Hanun tiada lain untuk mengobati anaknya.
“Suatu hal yang sangat wajar dilakukan oleh ibu manapun di dunia ini yang mencintai anaknya,” katanya.
Tanpa penanganan medis yang memadai, tidak lama setelah itu Allah Subhanahu Wata’ala memanggil Ahmad Syabir keharibaaannya tepatnya hari Jum’at 14 Januari 2017.
“Setelah mendirikan shalat Subuh di masjid dan membaca surat Al-Kahfi,” kenang sang ibu. “Dia membuatku bahagia,” pungkasnya.*