Hidayatullah.com–Suasana di Kamp Qalandiya, Utara Yerussalem Ahad (15/11/2015) pagi mendadak mencekam. Saksi mata menyebutkan, tidak kurang dari seribu serdadu Zionis menyerbu warga Palestina yang tinggal di sana. Dua orang syahid, puluhan lainnya luka-luka.
“Seribu tentara Zionis ikut dalam penyerangan ini. Mereka mengerahkan helikopter juga sniper. Menembaki apa saja yang bergerak!” terangnya Muthir, salah seorang warga Palestina menuturkan kesaksiannya kepada Al Jazeera, Senin (16/11/20150).
Dua belas ribu warga Palestina yang tinggal di Kamp Qalandiya sejak Hari Nakba 1948 itu lari berhamburan.
Suara tembakan menyatu dengan teriakan anak-anak. Rumah-rumah dihancurkan, satu diantaranya adalah rumah milik Muhammad Abu Syahin.
“Rumah Muhammad dan rumah nenek nya rata dengan tanah, sekan akan baru saja dhantam rudal,” terang Abu Syahin menuturkan kisah mencekam itu dan menggambarkan keadaan rumah tiga lantai milik keluarganya.
Zionis menghancurkan rumah Muhammad Abu Syahin dengan alasan bahwa Muhammad terlibat dalam kasus penembakan terhadap Pemukim Ilegal Yahudi di Barat Kota Ramallah.
Bredel Ativis
Pemuda yang pertama tewas dalam serangan mendadak itu ialah Ahmad Abu Aisy’ (20 tahun) yang biasa dipanggil Abu Shaba.
“Tepat di sini. Di depan pintu rumah. Mereka menambak kaki nya. Lantas sang adik, Nawwal segera menghampirinya untuk menolong, namun tidak bisa,” terang Raidah, keponakan Ahmad Abu Aisy yang menyaksikan insiden tersebut.
“Mereka segera menutup pintu dan mengurung kami di dalam rumah, menghalangi kami untuk membantu nya,” tambahnya.
Saksi mata lain mengatakan Zionis membredel Ahmad Abu Aisy dengan lima selongsong peluru. peluru tajam menembus perut dan kepalanya hingga tewas.
Ahmad Abu Aisy meninggalkan tiga putri yang masih kecil. Warga Qalandiya mengenal nya sebagai aktivis kemanusiaan yang selalu mengurusi kebutuhan masyarakat di Kamp tersebut. Pemuda yang berasal dari Desa Saris ini telah keluar masuk penjara Zionis sebanyak tiga kali. Dia mengungsi bersama warga lain ke Qalandiya setelah desa mereka dihancurkan oleh Zionis pada Hari Nakba, tahun 1948.
Membiarkan Mati tanpa Pertolongan
Pemuda kedua yang syahid pagi hari itu ialah Laits Munashirah (22 tahun). Sembari menunjuk serambi rumahnya, Ayah Laits bertutur, “Di sana sniper Israel menembaknya, dari bangunan yang berhadapan dengan rumah ini. Mereka menembak nya tepat di dada,” katanya menjelaskan detik detik pembunuhan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurutnya, dia dan beberapa tetangga telah berduyun duyun hendak menggotong Laits yang terluka. Namun Zionis menghentikan mereka. Membiarkan Lait Munashirah tergeletak di tanah tanpa pertolongan. Sejam kemudian sekelompok tim medis mendapati Laits tidak lagi bernyawa.
Muhammad Muthir, salah seorang pemuda mengatakan serangan ini bukan yang pertama.
“Serangan ini bukan lah kali pertama. Maka bukan pula untuk terakhir kalinya. Keberanian Rakyat Palestina melawan penjajah menyebabkan penjajah mengerahkan segenap kekuatan mereka,” ucapnya.
Namun, demikian pun kerusakan yang terjadi dan korban berjatuhan. Pemuda Qalandiya tidak menyerah. Di tembok-tembok bangunan Qalandiya mereka menulis, “Pembalasan segera tiba. Balas dendam para Syuhada,” tulis mereka.*