Hidayatullah.com–Puluhan ribu (sumber lain menyebut lebih dari 100 ribu) pendukung Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah (Hamas) pada hari Ahad berkumpul lapangan Saraya Square, Kota Gaza guna memperingati 10 tahun wafatnya As-Syahid Syeikh Ahmad Yassin, pendiri sekaligus tokoh gerakan Hamas.
Sejam jam 8 pagi waktu Gaza, masyarakat, mahasiswa termasuk anak-anak dan kaum wanita, para pendukung Hamas bahkan para pejuang dari berbagai faksi berbondong-bondong dalam jumlah besar mendatangi tempat acara hingga dimulainya acara pada pukul 11 waktu setempat.
Selain dibentangkan foto Syeikh Ahmad Yassin, dipanggung juga dipampang foto pejuang dan tokoh Hamas yang telah syahid (InsyaAllah), Dr Abdul Azis Rantisi, Syeikh Shalah Syahadah (lengkapnya Shalahuddin Mustafa Muhammad Ali Syahadah), Nizar Rayyan , Yahya Ayash, Ahmad Ja’bari Ibrahim Maqadma, Said Syiam dan Abu Syanab.
Juru bicara Hamas Dr Sami Abu Zuhri mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa acara ini sekaligus pesan pada semua orang bahwa harapan melemahkan Hamas hanyalah sia-sia karena popularitas pejuang ini makin terus meningkat.
Sementara itu Perdana Menteri Ismail Haniyah memberi semangat massa serta mendesak dunia untuk mengakhiri hukuman terhadap warga Gaza.
“Hukuman rakyat Gaza harus diakhiri, ” ujar Ismail Haniyah dalam pidato diselingi teriakan “Jihad bukan Terorisme” melalui pengeras suara.
“Kita hidup melalui tahap yang sulit dan tantangan yang keras, tapi kita tidak takut dan kita tidak kalah. Kita telah terbiasa dengan kesulitan dan tahap ini bukan yang paling sulit,” ujarnya dikutip Reuters.
Seperti diketahui, bulan September 2005 Ariel Sharon menarik tentara dan pemukim Yahudi dari seluruh kawasan Jalur Gaza berjumlah sekitar 10 ribu orang. Tepat 25 Januari 2006, secara mengejutkan Hamas memenangkan pemilihan umum Palestina, mengalahkan Partai Fatah yang sekular. Kemenangan ini memperkuat pengaruhnya di Jalur Gaza.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kecewa kemenangan Hamas, 18 Maret 2006, Amerika Serikat, Uni Eropa dan Israel melakukan pemboikotan pemerintah baru Palestina yang dipilih rakyat lewat pemilu yang demokratis. Mereka lalu menghukum rakyat yang memilih Hamas dengan cara melakukan tekanan ekonomi di berbagai sektor serta mengurangi secara drastis bantuan kemanusiaan.
Meski berkali-kali Israel menutup terowongan, para pejuang Hamas tidak lelah terus menggali kembali terowongan. Ismail mengatakan terowongan menunjukkan dedikasi nya untuk memerangi Zionis-Israel sehingga kemusnahan para penjajah akhirnya terjadi.
“Dari bawah tanah dan di atas tanah, Anda, penjajah, akan dihentikan. Anda tidak mempunyai tempat di tanah Palestina.” *