Hidayatullah.com–Pengamat politik dan hukum internasional di Universitas Kairo, Dr. Abdullah Asy’al berpendapat, perang yang dilakukan otoritas Mesir terhadap Gaza karena keterikatannya dengan Al Ikhwan al Muslimun, merupakan politik yang keliru yang bisa merugikan keamanan nasional Mesir, sebab Palestina merupakan bagian penting dari keamanan Mesir.
Asy’al yang pernah maju dalam pilpres lalu menyatakan kepada Quds Press, dan dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC) Senin (02/09/2013) tidak ada manfaatnya memerangi Gaza dan rakyat Palestina.
Menurutnya kondisi di Mesir tidak ada kaitannya dengan sikap Hamas dan sikap jamaah Ikhwanul Muslimin. Sebelumnya rezim Mubarok memusuhi Ikhwan dan Hamas karena Ikhwan memusuhi Israel. Saat Mursi hadir, ia memperlakukan Hamas seperti yang diharapkan. Dan setelah Mursi dilengserkan, hubungan dengan Hamas kembali dikaitkan sebagai bagian dari Ikhwan.
Pihak keamanan Mesir yang didukung Mosad zionis menggelar kampanye anti Hamas di Mesir, dan menuding Hamas sebagai sumber masalah yang memicu pertikaian di Mesir.
Saat ini para pemimpin Ikhwan yang memiliki hubungan dengan Hamas semuanya diadili.
Militer memerangi kelompok bersenjata di Sinai bekerjasama dengan Israel. Namun sangat disayangkan langkah ini juga diberlakukan terhadap Gaza, terowongan dan perlintasan Rafah, yang makin mencekik kondisi rakyat Palestina di Gaza dan Palestina.
Kebijakan yang diambil otoritas Mesir saat ini tidak akan berdampak pada sikap rakyat Mesir yang berpendapat bahwa Palestina sebagai bagian dari keamanan nasional Mesir. Karena itu keburukan dari kebijakan ini hanya akan dirasakan oleh pihak yang menggagasnya.
Asy’al menegaskan, mayoritas rakyat Mesir melihat “Israel” sebagai negara perampok, dan Hamas sebagai pihak pejuang yang membela hak rakyat Palestina, dan tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Mesir.
Namun sangat disayangkan para agen Mosad (Intelijen Luar Negeri Zionis) terus bergerak di sektor media Mesir dan menggerakan opini public untuk memusuhi Hamas sebagai pihak yang membahayakan keamanan Mesir.
Menurut Asy’al, upaya ini hanya akan mengalami kegagalan, dan merupakan tindakan criminal terhadap Mesir, Palestina dan perlawanan.
Perlintasan Rafah
Sementara itu, parlemen Palestina dikutip PIC secara resmi meminta pemerintah Mesir membukan perlintasan Rafah menyusul penghancuran sejumlah terowongan perbatasan Mesir-Gaza. Mereka juga menegaskan, tetap menjaga keamanan regional Mesir.
Wakil ketua parlemen Palestina, Dr. Ahmad Baher menganggap terowongan bagi rakyat Gaza bagaikan urat nadi kehidupan dan satu-satunya lubang untuk bernapas. Sejumlah bahan makanan dan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan untuk anak-anak kecil dan bayi disalurkan melalui terowongan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dalam keterangan persnya, Senin (02/09/2013) siang di perbatasan Rafah, Baher mengatakan, “terowongan adalah jalan darurat bagi kami, sebelum perlintasan Rafah dibuka secara total. Janganlah Mesir menjadi penyebab laparnya sejumlah anak-anak Gaza, sebagaimana direncanakan Israel dan Amerika.”
Atas nama pimpinan parlemen Palestina, Baher juga mengungkapkan kekhawatiranya yang mendalam akibat perkembangan terakhir, ketika ribuan rakyat Gaza saat ini menderita akibat dihancurkanya sejumlah terowongan perbatasan.
Selain tentunya penganiayaan terhadap para nelayan dan ditutupnya perlintasan darat Rafah, menyebabkan penderitaan rakyat Palestina bertumpuk-tumpuk. Kondisi ini tentu bertentangan dengan kesepakatan dan undang-undang internasional terkait masalah kemanusiaan, sebagaimana termaktub dalam konsensu Jenewa ke empat tentang perlindungan rakyat sipil di saat perang. *