Hidayatullah.com–Asosiasi Sepak Bola Palestina, PFA meminta asosiasi sepak bola Eropa, UEFA membatalkan keputusan menunjuk Israel menjadi tuan rumah turnamen kejuaran sepak bola Eropa U-21 tahun depan.
Permintaan itu didasari atas tindakan pemerintah Israel yang telah menahan tiga pemain sepak bola Palestina tanpa adanya proses penuntutan apapun.
Presiden PFA, Jibril Rajoub dilaporkan telah menulis surat kepada UEFA untuk menunjukan keprihatinannya terhadap penahanan ketiga pemain sepak bola Palestina.
Salah satu pemain yang ditahan tersebut, Mahmoud al-Sarsak dilaporkan ikut terlibat dalam aksi mogok makan.
Pekan lalu, kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa mantan pemain bintang Palestina itu berada dalam kondisi sekarat setelah melakukan aksi mogok makan selama 80 hari.
Dalam surat yang ditujukan kepada Presiden UEFA, Michel Platini, Rajoub mengatakan pemerintah Israel telah melakukan pelanggaran langsung dari aturan yang ditetapkan oleh FIFA.
“Bagi atlet asal Palestina tidak ada kebebasan untuk bisa bergerak dan resiko untuk ditahan bahkan dibunuh selalu membayangi mereka,” kata Rajoub dalam suratnya dikutip BBC.
Selain Sarsak dua pemain Palestina lainnya yang ditahan adalah Penjaga Gawang Timnas Olimpiade Palestina, Omar Abu Rois dan pemain Ramallah, Mohammed Nimr.
Mereka semuanya ditahan karena tanpa adanya proses persidangan.
FIFA pada hari Selasa (12/06/2012) telah menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi Mahmoud al-Sarsak dan mereka telah meminta Asosiasi Sepak bola Israel untuk mengambil langkah menyikapi kondisi ini.
Berbakat
Pesepak bola Palestina, Mahmoud al-Sarsak, 25, meninggalkan Jalur Gaza pada musim panas 2009 untuk bertanding sepak bola di Tepi Barat. Namun ia tidak pernah memenuhi rencananya ini.
Ia ditangkap oleh pihak Zionis ‘Israel’ dan setelah tiga tahun ditahan tanpa melewati proses hukum, Sarsak melancarkan aksi mogok makan. Masa tahanannya akan berakhir pada 22 Agustus namun tidak ada jaminan pihak penjara tak akan memperpanjang masa tahananannya selama enam bulan, seperti yang terjadi sebelumnya.
“Seluruh keluarga dan teman mengkhawatirkan kondisi Mahmoud dan rasa cemas ini membunuh kami,” ujar kakak Sarsak, Emad seperti dikutip dari laman Maan News.
Sarsak bergabung dengan tim sepak bola lokal di kamp pengungsi Rafah, Selatan Jalur Gaza sejak berumur 14 tahun. Ia pesepak bola termuda yang bermain di Liga A Palestina ketika itu. Pemain gelandang ini menarik perhatian pelatih Jerman saat ia bermain untuk tim nasional Palestina di Norwegia.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Ia selalu bermimpi dapat bermain di luar negeri mewakili Palestina dengan bermain untuk tim Arab ataupun internasional. Dan ia sangat berbakat,” imbuh Emad.
Langkah pertamanya untuk mewujudkan impiannya ini adalah bermain untuk sebuah tim di Tepi Barat. Namun pada 22 Juli 2009, penjajah Zionis menangkapnya tanpa sebab yang jelas di perbatasan Erez.
Sarsak mulai melancarkan aksi mogok makan pada 19 Maret lalu dan hingga sekarang ia masih bertahan pada aksinya. Karena kondisi tubuhnya yang memburuk, ia kini berada dalam klinik penjara.*