Hidayatullah.com– Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Ambon menyerukan jurnalis dan media massa menggunakan jurnalisme damai dalam meliput peristiwa di Desa Ori dan Desa Kariu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Jurnalisme damai tak berpretensi untuk menghilangkan fakta.
Seruan AJI ini merespons bentrokan dua kampung tetangga itu pada Selasa (25/01/2022) yang telah diberitakan sejumlah media massa lokal dan nasional. Selain itu, karena telah beredarnya informasi tidak benar di grup-grup WA dan media sosial lainnya. Peristiwa di Kariu dan Ori diduga akibat salah paham antar warga soal lahan.
Selain narasi yang provokatif, video kekerasan (pembakaran rumah warga dan penyerangan terhadap warga) juga telah disebarkan oleh oknum tertentu di Facebook pribadi. Hingga Rabu (26/01/2022) pukul 10.50 WIT, AJI Ambon memperoleh 12 video terkait peristiwa ini.
Menyikapi konflik Kariu dan Ori, AJI Ambon menyatakan sejumlah sikap
“Pertama, mengimbau jurnalis dan media menerapkan prinsip jurnalisme damai dalam pemberitaan peristiwa bernuansa konflik seperti ini. Jurnalisme damai tak berpretensi untuk menghilangkan fakta. Tapi yang lebih diutamakan adalah memilih atau menonjolkan fakta yang bisa mendorong turunnya tensi konflik dan ditemukannya penyelesaiannya secara segera,” ujar Ketua AJI Ambon Tajudin Buano dalam keterangan persnya di Ambon (26/01/2022) diterima hidayatullah.com.
Kedua, AJI Ambon mengimbau jurnalis dan media mematuhi kode etik jurnalistik dalam peliputan dan pemberitaannya. Pasal 8 Kode Etik Jurnalistik mengingatkan jurnalis dan media untuk “tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras…”.
Sikap itu ditunjukkan antara lain dengan tidak mudah mempercayai informasi yang tersebar lewat media sosial, terutama yang tidak berasal dari institusi resmi. “Dalam membuat berita juga hendaknya jangan mengesankan membenarkan tindakan yang rasis itu, baik oleh ormas mauapun aparat keamanan,” imbuhnya.
Ketiga, mengimbau jurnalis dan media memberitakan peristiwa di kedua desa tersebut sesuai kaidah Kode Etik Jurnalistik. Sikap itu antara lain dengan melakukan verifikasi sebelum melansir berita, menghindari memuat berita dari sumber yang tidak jelas, dan menuliskannya seakurat mungkin berdasarkan fakta. “Media hendaknya tidak tergoda untuk memuat berita sensasional, meski itu mengundang jumlah pembaca yang tinggi,” imbuh AJI Ambon.
Keempat, meminta semua pihak tidak mudah mempercayai informasi yang belum terverifikasi alias hoaks dan tidak turut menyebarkannya.
“Kelima, meminta aparat kepolisian memproses hukum pelaku, terutama aktor di balik insiden tersebut serta mengamankan lokasi kejadian dan warga yang terdampak,” pungkasnya.
Sementara itu, Kapolda Maluku mengklaim bahwa kondisi Pulau Haruku itu telah kondusif pasca konflik warga Negeri Ori dan Kariuw yang mengakibatkan tiga korban jiwa dan dua mengalami luka-luka.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kepala Bidang Humas Polda Maluku Komisaris Besar Polisi M Roem Ohoirat, melalui telepon di Ambon, Rabu (26/01/2022) mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi saling serang.
Ada kurang lebih tiga kompi, yang merupakan gabungan TNI Polri dipimpin Kapolresta Ambon dan Dandim Ambon, serta bupati Maluku tengah mau pun Raja Pelau dalam penanganan peristiwa itu.
Kepolisian mengimbau masyarakat yang mengungsi agar kembali ke desanya, katanya dikutip laman Antara Ambon. TNI Polri sudah menjamin keamanan di sana, kata Ohoriat,
Hingga Rabu korban sudah lima orang. Awalnya dua orang meninggal dunia, dan tiga lainnya mengalami luka-luka, di antaranya seorang anggota polisi dan dua warga. Namun, berdasarkan laporan, sudah bertambah satu korban jiwa lagi, sehingga korban yang meninggal dunia sudah tiga orang.
Sebelumnya, bentrok itu diduga karena kesalahpahaman mengenai lahan di kedua desa tersebut, yaitu Ori dan Kariuw. Hal ini mengakibatkan terjadinya saling serang, sejak Selasa dini hingga Rabu.*