Hidayatullah.com–Dalam setiap mengisi acara seminar kajian Sirah, Ustad Asep Sobari sering menyempatkan bertanya kepada peserta, bisakah menjelaskan perjalanan hidup Nabi Muhammad ﷺ secara ringkas, 5 menit saja? Sayangnya tidak satupun peserta bisa menjelaskannya.
“Bagaimana kita mau menjadikan Nabi Muhammad ﷺ sebagai teladan dan mengklaim mencintai Rasulullah, mengenal saja tidak,” kata Asep Sobari pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) kepada Majalah Suara Hidayatullah.
Latar belakang lain yang membuat Asep menggagas SCI ini adalah rasa cemas yang cukup lama. Pasalnya, banyak orang Islam mengaku mencintai Rasulullah ﷺ secara emosional, namun minim pengetahuan tentang cara hidup beliau.
“Kajian sirah seringkali dikesampingkan dalam materi pendidikan umat Muslim, baik formal maupun non-formal,” katanya.
Dengan alasan tersebut Asep mendirikan Sirah Community Indonesia (SCI) Maret 2015 lalu.
Pria yang pernah kuliah di Universitas Islam Madinah Fakultas Dakwah dan Ushuluddin pada tahun 1995-1999 tersebut mengatakan, kegiatan rutin SCI sampai saat ini masih sebatas dalam bentuk kajian, dengan tema kajian sirah bebas. “Artinya tidak terikat dengan batasan kurikulum,” ucap pria yang juga Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini.
Karena, sambungnya, kurikulum tersebut justru yang dihindari, agar peserta bisa mempelajari sirah dengan serius tetapi terkesan santai.
Selanjutnya, pria kelahiran 27 April 1976 itu mengatakan, dalam SCI ini semua yang berkaitan dengan sirah dikupas habis. Mulai dari apa itu sirah, historiografi, penulisan sirah nabawi, buku-buku klasik hingga karakter kepenulisan dan perbedaan periode.
Sementara itu, pendekatan pembelajaran sirah di SCI lebih mengungkap kepada aspek pergerakan bersama. Yakni ketika Rasulullah sebagai pemimpin dan sahabat sebagai yang dipimpin, serta juga memakai pendekatan saat proses lahirnya peradaban.
“Materi di SCI untuk membuka pengetahuan, bahwa Islam sebagai petunjuk Allah diturunkan di dunia ini sebagai pedoman lahirnya peradaban, tidak hanya sekedar ritual keagamaan,” tambahnya.
Tidak hanya dilihat dari aspek keibadahannya saja atau gambaran keshalihan sahabat. Namun, dengan ikut kajian di SIC juga bisa mengetahui kronologi sejarahnya sehingga mengetahui tahapan-tahapan bangkitnya suatu peradaban Islam.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Seperti mengetahui metode pendidikan di zaman Rasulullah ﷺ dan sistem kenegaraan, hubungan antara pemimpin dan rakyatnya,” katanya.
Menurut Asep, yang dibahas dalam SCI ini tidak ada dalam kurikulum pelajaran perguruan tinggi Islam. Sampai saat ini sekitar 250 orang telah tergabung dalam anggota SCI. Mereka berasal dari berbagai kalangan yang didominasi dari anak muda.
Selain sirah, ada juga materi lain yang dibahas. Misalnya, khusus Senin malam pekan keempat membahas tokoh Islam di luar generasi sahabat dan tabi’in, seperti Imam al-Auza’i, Sufyan Tsauri, dan Abdullah Mubarak. “Satu tema itu bisa sampai 3-4 kali pertemuan,”pungkasnya.*