Hidayatullah.com- Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun menilai rencana pencaplokan tanah Palestina di Tepi Barat oleh Zionis-Israel adalah agenda yang sangat licik, dikarenakan tanah di bagian itu merupakan tanah yang sangat subur.
“Israel secara licik ingin mengambil 30% tanah di Tepi Barat dikarenakan setelah dipelajari tanah ini adalah tanah yang paling subur di Palestina,” kata Zuhair dalam konferensi pers bertajuk “Menolak Aneksasi Israel di Tanah Palestina di Tepi Barat”, di Hotel Sofyan, Menteng Jakarta, Kamis (25/06/2020).
Selain itu, Zuhair juga menyampaikan selain subur, air di tanah itu bisa langsung diminum.
“Selain tanah yang sangat subur, air di daerah tersebut juga bisa langsung dikonsumsi, sehingga sangat mendukung kegiatan wisata,” ujarnya.
Selain itu, dia menegaskan ada dua hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah Palestina perihal agenda Zionis-Israel tersebut.
“Israel menginginkan wilayah Wadi Al-Huwar, bersebelahan dengan Laut Mati yang airnya mengandung mineral tinggi, zat untuk kosmetik, yang bisa memasok pasar Eropa,” terangnya.
“Kedua, Israel juga mengincar tanaman kurma yang berada di kota Jericho yang memiliki kualitas terbaik di negara itu,” tambahnya.
Zuhair menyampaikan, Palestina dengan tegas menolak pencaplokan itu dan akan memperjuangkan tanah milik Palestina.
Lebih jauh, dia juga mengatakan, kalau sebetulnya negara-negara di dunia telah menolak agenda tersebut.
“Sesungguhnya negara-negara di dunia juga udah menolak, maka seharusnya aneksasi yang diusung oleh Netanyahu dan Trump betul-betul ditolak. Bagi Palestina, Yarusalem adalah harga mati,” ujarnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana pencaplokan Tepi Barat dengan menyatakan, akan membangun pemukiman Yahudi, yang rencananya pembahasan akan dilanjutkan pada 1 Juli mendatang.
Rencana itu juga tindak lanjut bagian dari perjanjian Kesepakatan Abad Ini (Deal of the Century) yang diusung oleh Presiden AS Donald Trump dan ditolak pihak Palestina, karena kesepatan itu dinilai menguntungkan Zionis-Israel.* Azim Arrasyid