Hidayatullah.com– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan pakaian dan penampilan seperti celana cingkrang, jenggot, dan cadar bukanlah ciri terorisme. Deputi 1 Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri P Lubis menyatakan tidak ada korelasi yang kuat antara pakaian dan ideologi seseorang.
“Artinya, seseorang yang memakai celana cingkrang, jenggot, dan cadar bukan ciri pelaku terorisme,” ujar Hendri dalam acara yang digelar oleh BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kepulauan Riau (Kepri) di Batam, Kamis dalam keterangannya dikutip berbagai media, Jumat (08/11/2019).
Mantan Dansatinterl BAIS TNI ini menegaskan bahwa radikalisme dan terorisme tidak bisa dinilai dari apa yang dikenakan seseorang.
“Kita menilai seseorang bukan dari penampilan fisiknya, yang paling bahaya adalah pemikirannya. Radikal dalam pemikiran, radikal dalam sikap, dan radikal dalam tindakan,” ujarnya pada acara yang menghadirkan 105 tenaga pengajar tingkat PAUD, TK, SD, SMP/Sederajat ini.
Baca: Ketum HMI: Islamofobia Harus Jadi Perhatian Pelajar Islam Asia Tenggara
Hendri meluruskan persepsi yang salah tentang ciri radikal terorisme yang selama ini menjadi perdebatan berbagai kalangan.
Hendri mengatakan, menilai seseorang sebagai teroris dan radikal hanya dari jenggot, cadar, maupun celana cingkrang merupakan pemikiran yang sederhana dan keliru.
Ia mencontohkan, kasus terorisme di kawasan Sarinah, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari 2016. Dalam peristiwa itu, pelaku teror mengenakan celana jeans, kaos, dan topi.
Baca: Muhammadiyah: Kurangi Pembicaraan Radikalisme, Sudah Kelebihan Dosis
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sedangkan Ketua FKPT Kepri Reni Yusneli menyatakan, guru punya peran penting dalam menangkal tumbuhnya paham radikalisme. “Yakni dengan cara menanamkan rasa cinta tanah air dan memperdalam wawasan kebangsaan para murid.”
Menurutnya, kegiatan bertajuk “Integrasi Nilai-nilai Agama dan Budaya di Sekolah dalam Menumbuhkan Harmoni Kebangsaan” itu dilakukan sebagai bentuk pencegahan paham radikal terorisme dalam lingkup sekolah.
Pada acara ini, para peserta diberikan gambaran pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh para guru sebagai media pembentuk karakter anak yang mampu menciptakan integrasi antara nilai agama dan budaya di sekolah.*