Hidayatullah.com– Salah satu problem di era kecepatan informasi saat ini adalah minimnya kesadaran sebagian pengguna media sosial dalam menyikapi dengan bijak atas menyebarnya suatu kabar.
Di antara kebiasaan negatif termasuk oleh generasi millenila saat ini adalah menelan mentah-mentah informasi yang beredar lalu menyebarkannya.
Problem ini harus diretas. Caranya, antara lain, para pengguna medsos sebaiknya cermat dalam menyikapi informasi yang masuk, jangan langsung ditelan begitu saja. Informasi yang masuk perlu “dikunyah” atau diolah terlebih dahulu lewat otak.
Baca: Menkominfo minta Muhammadiyah Sosialisasikan Fikih Informasi ke Publik
Generasi millenial harus dibiasakan otaknya memamah informasi. “Kalau otak kita terbiasa mengolah maka akan menjadi cerdas,” pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir dalam rangkaian Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, Kamis kemarin yang acaranya dibuka pada Jumat (15/02/2019) ini.
Lebih lanjut, Haedar Nashir menyampaikan perlunya menggelorakan Literasi Pencerahan sebagai pengamalan ayat pertama yang diturunkan Allah Subhanahu Wata’ala, yaitu Iqra.
“Maka di forum tanwir ini kita juga akan menggunakan diksi “Literasi Pencerahan”. Diksi ini harus digelorakan, sebab cerah itu bagus dan Islam itu mencerahkan. Ayat pertama yg diturunkan Allah itu sangat mencerahkan,” tegasnya.
Menurut Haedar, Muhammadiyah harus bekerja sama dengan pemerintah melakukan gerakan literasi yang berkeadaban, menyehatkan, melawan informasi yang membodohkan.
Baca: Muhammadiyah: Fikih Informasi untuk Jawab Tantangan Zaman
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kita lawan hasrat-hasrat alamiah dan primitif seperti kebencian, amarah. Naluri-naluri seperti ini ketika menemukan ruang maka seperti benih yang menyebar. Keburukan-keburukan itu lama-kelamaan akan seolah menjadi benar,” serunya.
Ia mengatakan, mengajarkan bersikap cerdas dan kritis adalah ciri ulil albab, yaitu orang yang memperoleh petunjuk dan cerdas pemikirannya. Orang yang mendapat petunjuk memiliki kemampuan mengolah dan menseleksi untuk mendiskusikan teks tanpa harus langsung mengeluarkan atau menyebarkan.*