Hidayatullah.com– Guru Raudlatul Athfal (RA) harus pandai membaca karakter anak. Jika salah baca, guru RA tidak akan mampu mengoptimalkan karakter anak sejak dini.
Hal disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Suyitno, saat memberikan arahan dalam Workshop Pengembangan Etika dan Karakter GTK RA di Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/05/2018).
“Jangan sampai bibit unggul salah mendidik. Kalau tidak mau menjadi bibit yang gagal, karakter anak jangan dibonsai,” tegas Guru Besar UIN Raden Fatah Palembang ini lansir Kementerian Agama.
Dikatakan Suyitno, guru RA harus melakukan pendekatan pada anak untuk mengetahui dan memetakan varian karakter mereka. Sehingga, pengajarannya pun akan berbeda pada setiap anak.
“Tiap anak memiliki karakter berbeda, guru tidak bisa memaksa minat seorang anak,” ujar Suyitno.
Suyitno mengilustrasikan bahwa anak yang berminat dalam menggambar akan sering menggambar. Guru tidak bisa memaksa anak yang minat menggambar untuk suka menyanyi. Begitu juga sebaliknya, anak yang minat menyanyi tidak bisa dipaksa untuk minat menggambar.
Di hadapan peserta, Suyitno berpesan, selain menjadikan anak didik berkarakter, guru RA terlebih dahulu memiliki karakter.
Baca: Imam Ahmad dan Ulama Seperti Anak Kecil di Hadapan Guru
Dakwah Media BCA - Green Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Kalau kita ingin menjadikan anak-anak berkarakter, maka pastikan dulu gurunya berkarakter. Tidak mungkin menjadikan anak berkarakter, jika gurunya tidak memiliki karakter,” pesan Suyitno.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 21-23 Mei 2018. Kegiatan ini diikuti 50 perwakilan GTK RA seluruh Indonesia.*