Hidayatullah.com– Ketua Umum Masyumi 1998-2004, Abdullah Hehamahua, mengkritik pertemuan Tim 11 alumni 212 –yang diwakili 6 orang– dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor tempo hari.
Aneh, menurutnya, kalau Tim 11 protes pertemuannya dipublikasikan dengan alasan bersifat rahasia.
“Maaf, saya sudah sering ke Istana sejak Soeharto sampai SBY. Tidak ada pertemuan dengan presiden yang bersifat rahasia,” tuturnya saat dihubungi hidayatullah.com, Sabtu (28/04/2018).
“Kalau mereka mau berpolitik seperti politik di Indonesia saat ini, sebaiknya mereka membaca dulu buku cerita silat Kho Ping Ho,” saran mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) era akhir 70-an ini.
Baca: PP Pemuda Muhammadiyah Minta Alumni 212 Tidak Masuk Politik Praktis
Dalam cerita silat Kho Ping Ho, tuturnya, lawan mendatangi markas saingannya. Tamu diterima dengan baik bahkan dijamu secara kolosal. Bahkan tuan rumah berjanji akan memberi hukuman terhadap prajurit yang dilaporkan oleh tamu. Tamu pun jadi gembira. Ketika tamu kembali ke markas atau kampung mereka, di tengah jalan, mereka disergap oleh anak buah tuan rumah sampai mati semua.
“Itulah yang terjadi atas forum 212 setelah meninggalkan Istana,” kata mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini. “Saya ngerti mengapa alumni 212 protes Istana karena publikasi atas pertemuan itu. Karena mungkin tidak pernah baca cerita silat Kho Ping Ho. Mereka pikir, jumpa Jokowi itu seperti jumpa dengan seorang khalifah yang dilakukan para ulama tempo dulu.”
Ia menyarankan sebaiknya mereka mengingat Hadits yang lain, yakni jika ulama mendatangi umara (pemerintah), maka pertanda akan muncul fitnah yang besar.
Jokowi Dinilai Tak Tepati Janji
Sebelumnya, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Ustadz Shabri Lubis mengatakan, setelah bocornya foto dan berita pertemuan Tim 11 alumni 212 dengan Presiden Joko Widodo menunjukkan bahwa Presiden sosok yang tidak menepati janji.
“Janjinya (pada pertemuan itu) tidak ada wartawan, janjinya tertutup, tidak ada yang bocor. Sehingga handphone kita nih semua ditahan di depan. Semua hanya orang Istana. Ternyata di bocorin juga, ya itu pihak Presiden yang membocorkan. Mereka yang ingkar janji,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Hotel Bidakara, Jakarta, baru-baru ini.
Shabri yang juga termasuk dalam Tim 11 mengaku tidak akan percaya dengan Presiden setelah kejadian itu.
“Silakan menjalankan janji-janjinya biar enggak terlalu banyak bohongnya, atau nambah bohong yang baru,” terangnya.
Baca: Alumni 212 Minta Presiden Usut Bocornya Foto Pertemuan di Istana
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Shabri, bocornya pertemuan Presiden dengan Tim 11 menjadi senjata makan tuan. Maksudnya, terlihat bahwa Presiden ingkar janji.
“Janjinya tidak disebarkan ternyata disebarin juga. Kalau dari kita tidak mungkin, karena kita tidak megang handphone atau kamera. Itu yang pegang orang-orangnya presiden, mereka yang bocorin,” tudingnya.
Sebelumnya, Ketua Tim 11 Mishabul Anam mengungkapkan, kedatangan pihaknya ke Presiden guna menyampaikan dan mendesak penyelesaian kasus kriminalisasi ulama dan aktivis Islam, di antaranya yang menimpa Sekjen FUI Muhammad Al-Khathtath yang sampai sekarang statusnya tidak jelas meski sudah bebas setelah sempat ditahan selama 3 bulan atas tuduhan makar. Dan juga sebagaimana yang menimpa Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab.* Andi, Yahya G Nasrullah