Hidayatullah.com–Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah menilai kebijakan pemerintah belum memihak kepada para petani di Indonesia.
Ketua MPM Muhammadiyah, Nurul Yamin menyebut, beberapa permasalahan seperti menipisnya lahan yang tidak sebanding dengan luas wilayah dan jumlah penduduk Indonesia, kian mengkhawatirkan.
“Dibanding negara lain seperti Thailand dan Vietnam, perbandingannya amat jauh,” ujarnya di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Kamis (29/12/2016).
Selain itu, terangnya, biaya produksi yang mahal, namun harga panen selalu jatuh juga kerap menjadi persoalan.
Selanjutnya, yang tak kalah memprihatinkan, kata Yamin, adalah jumlah petani Indonesia yang menurun drastis.
“Kalau kita terjun ke sawah menemui para petani, kita sulit menemui petani muda. Yang kita temui rata-rata usia 50 tahun keatas,” ungkapnya.
“Ada lost generation dalam pertanian kita,” tambah Yamin.
Menurutnya, hal itu harus menjadi perhatian serius dalam dunia pertanian. Dikarenakan dunia pertanian hari ini tidak menarik bagi para anak muda.
“Pertanian akan dimasuki oleh arus urbanisasi dari negara lain, itu bahayanya,” paparnya.
Yamin mengungkapkan, prospek pertanian saat ini jelas tidak menggemberikan. Sehingga dari sisi ekonomi tidak menguntungkan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Di tambah lagi kebijakan impor pemerintah,” tandasnya.
Karena itu, ia menilai, setidaknya ada dua hal yang mesti dilakukan. Yakni perjuangan yang sifatnya kultural dengan menumbuhkan budaya tani yang lebih efisien dengan hasil yang lebih baik.
“Dan di satu sisi memang harus ada perjuangan politik tentang kebijakan pangan,” pungkasnya.*