Hidayatullah.com– Serangan bom dan tembakan di Sarinah memakan total korban luka dan tewas 24 orang. Dari 7 yang tewas, 2 di antaranya warga sipil. Muncul analisa, serangan ini sebenarnya bisa saja diantisipasi lebih dini.
Pasalnya, sebelum serangan pada Kamis (14/01/2016) itu, kepolisian rupanya sudah tahu jika hari itu akan terjadi teror di Jakarta.
“Memang ada indikasi ancaman pada hari ini (kemarin. Red),” ujar Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Anton Charliyan, kepada para wartawan termasuk awak hidayatullah.com di lokasi pasca kejadian.
Hari itu, menurut dia, kepolisian memang telah bersiaga satu di Jakarta. [Baca: Pasca Bom Sarinah, Mabes Polri Imbau Warga Jakarta Tenang]
Bahkan, kata Anton, kawasan di sekitar Sarinah sudah diantisipasi dengan menempatkan sejumlah polisi berpakaian preman.
Detik-detik sebelum ledakan pertama di Starbucks Coffee, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, pun, kata dia, sejumlah personel polisi dari Polda Metro Jaya juga tengah berpatroli di sekitar situ.
“Sehingga begitu terjadi (ledakan), tidak sampai beberapa menit, kan, langsung datang petugas,” ujarnya.
Anton mengatakan, sejak sekitar dua bulan lalu, Mabes Polri mengaku sudah mendapatkan peringatan dari suatu kelompok bahwa di Indonesia akan terjadi teror.
Polisi Kecolongan?
Jika sudah mengetahui hal itu, mengapa serangan bisa terjadi? Apakah kepolisian kecolongan?
Secara terpisah, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombespol M Iqbal menampik pertanyaan wartawan itu.
“Tidak!” jawabnya singkat di depan Starbucks Coffee.
Diberitakan hidayatullah.com sebelumnya, Mabes Polri menyebut kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) berada di balik serangan Sarinah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Anton, sekitar dua bulan sebelumnya, ISIS telah menyampaikan peringatan akan melakukan aksi teror di Indonesia.
Sementara itu, beredarnya pernyataan bahwa kawasan Thamrin akan dijadikan arena “konser” ISIS ditepis oleh Iqbal.
“Nggak, belum ada itu. Yang jelas siaga. Polda Metro Jaya diminta untuk siaga. Kapolda mem-briefing (mengarahkan) kami untuk siaga. Artinya kami harus memaksimalkan antisipasi terhadap serangan-serangan itu,” ujarnya.*