Hidayatullah.com- Anggota Komisi I FPKS DPR RI Ahmad Zaenuddin mengatakan pengibaran bendera Palestina di depan markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan satu langkah maju dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
“Meski begitu, perjuangan untuk Palestina merdeka sejatinya masih jauh. Kita tahu realitanya sampai sekarang Palestina masih dijajah Israel. Jadi, masih perlu waktu dan dukungan dari banyak pihak,” kata Zaenuddin kepada hidayatullah.com, belum lama ini.
Menurut Zaenuddin beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina adalah bagaimana negara-negara Arab maupun negara Islam di dunia mampu bersatu untuk menyatukan visi dan langkah dalam meperjuangkan kemerdekaan Palestina secara utuh dan berdaulat.
“Itu yang utama. Jadi, tidak boleh ada negara-negara Arab maupun negara Islam manapun ‘main mata’ dengan Amerika dan Israel beserta sekutunya dalam upaya mewujudkan kemerdekaan Palestina,” tegas Zaenuddin.
Zaenuddin menambahkan bahwa problem utama kemerdekaan Palestina adalah negara-negara yang ada sekitarnya belum bisa satu badan dan shaf (barisan) dengan saudara-saudara muslim lainnya yang sekarang sedang memperjuangkan kemerdekaan Palestina baik yang berjuang di dalam maupun dari luar.
Lebih lanjut, Zaenuddin mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia mampu mengambil peran –dan memang seharusnya seperti itu karena umat Islam di Indonesia adalah terbesar di dunia– untuk mengambil langkah inisiatif menggalang keseriusan dan satuan langkah program dalam membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Israel beserta sekutunya.
“Kita selalu dan akan terus mendesak pemerintah supaya mengambil peran menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi di dunia Islam terutama kondisi Palestina khususnya, sebab Indonesia punya modal untuk melakukannya,” kata Zaenuddin.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kendati demikian, menurut Zaenuddin ada satu poin yang perlu diapresiasi bahwa Palestina sudah menjadi isu bersama di Indonesia, meskipun baru menjadi jargon dan janji-janji kampanye yang mana realisasinya masih jauh dari tindakan nyata.
“Sebagai contoh yaitu Masjid al-Aqsha yang diacak-acak dan diduduki oleh Israel seperti itu belum ada respon apapun dari pemerintah Indonesia,” demikian tandasnya mengingatkan.*