Hidayatullah.com-Keutamaan bagi seorang pendidik membuat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, malaikat, mahluk langit, bumi bahkan sampai semut dan seluruh mahluk-Nya akan selalu mendoakannya.
Demikian hal yang disampaikan anggota Dewan Syuro Hidayatullah, Nashirul Haq, Lc, MA dalam acara silaturahmi Syawal di Ruang Pertemuan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (PPH) Balikpapan, Kamis (06/08/2015).
Dalam acara bertema, “Menjadi Pendidik yang Berjiwa Haraki” tersebut dihadiri oleh dosen, para pengajar (guru,red), pengasuh serta karyawan Yayasan PPH Balikpapan, Kalimantan Timur.
Menurut Nashirul ada beberapa ‘jihad’ yang mendesak untuk segera dilakukan diantaranya, mencerahkan ummat lewat dakwah dan tarbiyah (pendidikan), menyelamatkan generasi muda dari ghazwul fikr (perang pemikiran), menyiapkan kader perjuangan serta memproses terbangunnya peradaban Islam melalui kampus Hidayatullah di daerah-daerah.
Selain itu, kandidat doktor di International Islamic University Malaysia (IIUM) ini menyampaikan akan pentingnya peran seorang ulama atau pendidik dalam proses tarbiyah untuk memberikan pengajaran kepada umat manusia
“Jika tidak ada ulama maka manusia bisa menjadi seperti binatang. Maka melalui pengajaran ulama itulah diharapkan manusia menjadi lebih mulia serta menjauhkan manusia dari potensi kebinatangan,” ujar Nashirul.
Nashirul menjelaskan beberapa karakteristik dari sisi akhlak yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu pertama jujur. Jujur, menurutnya, itu merupakan sebuah kehormatan. Jika seorang pengajar berani berdusta maka, itu akan mengarahkan kepada kehancuran dan kejelekan bagi peserta didik hingga berujung kepada neraka.
“Kedua, kasih sayang dan lembut. Artinya seorang pendidik harus punya karakter yang tegas tetapi tidak keras, lembut tetapi tidak lemah, tidak mempersulit maupun mempermudah serta boleh marah tetapi tidak emosional,” kata ulama muda Balikpapan ini.
Ketiga, menurut Nashirul, adalah bersikap tawadhu dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena berkaitan dengan keteladanan. Keempat, sabar terhadap karakter peserta didik yang beraneka ragam. Kelima, adil yaitu tidak membeda-bedakan peserta didik (santri) karena bisa merusak mental dan kewibawaan.
Keenam, lanjut anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan ini, yaitu amanah dalam menjalankan tugas, termasuk dalam menyampaikan kebaikan dengan cara baik, serta merahasiakan aib para santrinya sebab terbukanya aib para santri bisa berpengaruh kepada masa depan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ketujuh, akhlak mulia dengan tidak suka mengolok dan berkata kotor. Sebab bisa berpengaruh terhadap daya ingat santri kepada statement pendidik.
Sementara terkait dengan karakteristik mental, kata Nashirul, seorang pendidik itu harus cerdas, berakhlak mulia, suka bermusyawarah, dan kontinu (berkelanjutan,red) dalam belajar dan sebagainya. Hal itu, harus dipenuhi setiap pendidik dalam rangka untuk menjalankan tugasnya, seperti menanamkan nilai serta idealisme, mengajarkan ilmu, memberikan teladan dan lain sebagainya.
“Pimpinan Hidayatullah saat melepas para santri untuk tugas belajar ke Timur Tengah, bukan berpesan supaya santri belajar dengan baik-baik tetapi lebih kepada nasehat untuk senantiasa menjaga ibadah, dan wirid pagi maupun petang,” demikian ujar anggota Dewan Syuro Hidayatullah sebelum mengakhiri tausyiahnya. *