Hidayatullah.com—Kampanye cinta sesama jenis yang kini merebak dalam bentuk komik (cerita bergambar) adalah jenis ‘kejahatan terselubung’ di dunia pendidikan.
“Ini kejahatan terselubung. Tentu saja ada ancaman terhadap dunia pendidikan kita dimana tujuan nasional pendidikan adalah mencipatakan manusia yang cerdas, berbudaya, iman dan taqwa,” ujar Ketua Hotline Pendidikan Jawa Timur, Isa Ansori dalam rilisnya pada hidayatullah.com, Kamis Kamis (07/08/2014) menyikapi keresahan masyarakat terkait buku ‘Why Puberty’ yang mengandung pesan kampanye lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan cinta sesama jenis.
“Tentu saja pelegalan nilai-nilai liberal menjadi sesuatu yang mengancam, dan ini merupakan teror budaya terhadap nilai nilai dan kebudayaan kita, tidak boleh lagi kita mengatakan ini persoalan HAM, apalagi kalau kemudian pemahaman itu disebarkan. Ini akan mengganggu nilai-nilai ketuhanan keluarga,” tambah Isa Ansori.
Beredarnya buku yang mengkampanyekan cinta sesama jenis menurutnya adalah usaha penyesatan opini tentang pengertian cinta oleh kelompok pembawa paham liberal dari Barat ke Indonesia.
Menurut Isa, Indonesia adalah negara yang sangat menekankan nilai ketuhanan dan mewujudkannya melalui dunia pendidikan pada anak-anak. Karena itu, peran pemerintah, orangtua dan berbagai pihak untuk terus membekali anak-anak dengan pemahaman benar, bukan pemahaman liberal ala barat agar Indonesia tidak menjadi bangsa yang kehilangan jati diri.
Persolan cinta antara pria dan wanita adalah persoalan fitrah ilahiyah yang diberikan Tuhan dalam rangka mengembangkan diri yang akhirnya membentuk keluarga.
Sebagaimana pula tumbuhan dan hewan-hewan telah Allah takdirnya berpasang-pasangan untuk tumbuh, berkembang dan mencapai keseimbangan alam.
“Maka, paham kampanye hubungan sesama jenis tak lebih dari pengingkaran terhadap kodrat kemanusiaan yang diberikan Tuhan, “ ujar Isa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Isa tak bisa membayangkan jika ajaran seperti ini tidak dilarang di Indonesia. “Bagaimana kelak tiba-tiba yang disebut institusi keluarga berubah, karena ayahnya laki-laki dan ibunya juga laki-laki. Mau jadi apa Indonesia?”
Karenanya, sebagai negara yang menjunjung tinggi ke-Tuhanan dalam sila pertama, sudah seharusnya pemerintah melarang peredaran buku-buku atau paham paham yang melegalkan pemahaman hubungan sejenis.
“Bagi saya anak-anak tidak boleh anak Indonesia diajarkan hal hal seperti itu karen ujungnya kelak akan merusak Indonesia dan merusak keseimbangan alam.” *