Hidayatullah.com–Kementerian Agama RI menginisiasi terjalinnya kerjasama pendidikan tinggi Islam dengan Pemerintah Aljazair. Penjajakan kerjasama pendidikan tinggi Islam ini diharapkan dapat menjadi pintu pembuka untuk mengenal lebih luas pendidikan Islam di kedua negara. Dari situ diharapkan akan bisa dikembangkan kolaborasi yang setara dan produktif di masa akan datang.
Hal ini disampaikan pimpinan tertinggi Dewan Tinggi Islam Aljazair saat menerima kunjungan delegasi Kementerian Agama saat jamuan makan malam di Wisma Indonesia, kantor Dubes Indonesia untuk Algier, sebagaimana diberitakan laman Kemenag, Selasa (28/1/2014).
Menurutnya, kerjasama ini perlu dibangun karena Indonesia memiliki potensi luar biasa dan perkembangan Islam yang sangat dinamis dibandingkan dengan dunia Islam lainnya.
“Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia dapat dijadikan rujukan bagi negara seperti Aljazair yang belum mengalami perkembangan seperti Indonesia,” tegasnya.
Delegasi Kementerian Agama yang berada di Aljazair dari 24 – 29 Januari, terdiri dari Direktur Pendidikan Tinggi Islam Dede Rosyada, Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri (HKLN) Gunaryo, serta didampingi Kasubdit Kelembagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Mastuki HS, dan Kabag Kerjasama HKLN, Agus Sholeh.
Ikut dalam kunjungan ini 6 Rektor UIN/IAIN, yakni Mudjia Rahardjo (UIN Malang), A Fadhil Lubis (IAIN Medan), Aflatun Muchtar (IAIN Palembang), Muhibbin (IAIN Semarang), A Qadir Gasing (UIN Makassar), dan Jamhari (UIN Jakarta). Turut dalam rombongan Ketua PWNU Jawa Tengah Abu Hafsin dan perwakilan Muhammadiyah Imam ad-Daruqutni.
Kerjasama pendidikan Islam ini dilakukan antara Kemenag RI dan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset Aljazair.
Menurut Dubes Indonesia untuk Aljazair, Ahmad Niam Salim, masyarakat Aljazair sebenarnya sangat respek terhadap Indonesia. Sayangnya, Indonesia belum memainkan peran signifikan di negara teluk Mediterranea ini. Dalam bidang pendidikan, perdagangan, dan perekonomian, Indonesia kalah jauh dengan China yang dapat dikatakan ‘sahabat dekat’ Aljazair.
“Padahal masyarakat di sini sangat mengenal Indonesia. Secara politis mereka anti-Amerika dan atau negara kapitalis lain. Mereka tidak mau diintervensi oleh negara-negara mana pun,” katanya.
“Kondisi ini seharusnya menjadi peluang bagi Indonesia memainkan peran lebih besar karena kedua negara memiliki banyak kesamaan, terutama dalam hal keislaman moderat dan kesamaan agama,” imbuhnya.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pimpinan tertinggi Dewan Tinggi Islam Aljazair mengatakan, kerjasama ini perlu dibangun karena Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dan perkembangan Islam yang sangat dinamis dibandingkan dengan dunia Islam lainnya.
“Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia dapat dijadikan rujukan bagi negara seperti Aljazair yang belum mengalami perkembangan seperti Indonesia,” katanya.
Di Aljazair delegasi berkunjung ke beberapa universitas di Algier, Adrar, dan Constantine, guna melihat secara dekat bagaimana kondisi universitas di wilayah tersebut.
Delegasi Indonesia juga mengunjungi Kementerian Agama dan Awqaf, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset, dan pesantren Syekh Ad-Dibagi di Propinsi Adrar.*