Hidayatullah.com–Isu mengenai kesetaraan gender antara pria dan wanita yang kembali mencuat dimanfaatkan oleh kelompok liberal menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama umat Islam karena dianggap melawan fitrah laki-laki maupun perempuan.
Karena keresahan itulah #HijaberTanpaJIL –komunitas muslimah yang berada di bawah naungan #IndonesiaTanpaJIL— mengadakan acara perdana yang bertajuk G-Talk (Gender Talk) di Coffee Institute, Jakarta, pada hari Ahad, 15 Desember 2013 dengan tema “Perempuan, antara Fitrah dan Emansipasi”.
Acara yang menghadirkan Mahdavi (novelis “Ratu yang Bersujud”), Rita Soebagio (Peneliti INSISTS & Ketua Dewan Redaksi The Center for Gender Studies) dan Irna Mutiara (fashion designer & founder Hijabersmom Community) ini dihadiri sebanyak 50 peserta.
Sesi pertama diawali dengan bedah buku “Ratu yang Bersujud” yang dibawakan langsung oleh Mahdavi. Mahdavi menceritakan bahwa pada awalnya novel tersebut ditulis untuk kakak perempuannya sebagai kado ulang tahun, sehingga merasa buku ini tak layak hanya dinikmati sendir. Sang kakakpun berinisiatif mengajukan naskah novel tersebut ke Republika. Mahdavi sengaja memilih tema feminisme dan mengemasnya ke dalam novelnya yang telah masuk cetakan ketiga agar tema seperti ini bisa lebih ringan dan dinikmati banyak pembaca dari berbagai kalangan.
Sesi kedua diisi oleh ibu Rita Soebagio M.Si (peneliti INSISTS & ketua Dewan Redaksi Center for Gender Studies) yang menjelaskan apa itu gender, sejarah feminisme hingga emansipasi. Rita menjelaskan bagaimana mengerikannya dampak dari feminisme. Apabila feminisme menyebar dibantu dengan kecanggihan teknologi, tidak mustahil suami dapat mengganti peran yang seharusnya dijalankan oleh istri, contohnya suami bisa merasakan bagaimana hamil, peran suami dan istri saling bertukar dan sebagainya.
Sesi terakhir diisi oleh Irna Mutiara. Muslimah kelahiran Bandung yang juga seorang fashion designer dan ketua Hijabersmom Community menjelaskan bagaimana Islam memandang kesetaraan gender. Menurutnya, pemahaman feminisme yang salah dan mengukur dari sisi ekonomi bahwa perempuan baru “berdaya” ketika bekerja di luar rumah dan menganggap perempuan yang hanya menjadi ibu rumah tangga “tidak merdeka”, akan menimbulkan kesalahpahaman mengenai fitrah sesunguhnya seorang perempuan.
Acara Gender Talk diakhiri oleh kesimpulan dari moderator Merry Rachmawati yang menyimpulkan bahwa sebelum menggaungkan sesuatu sebaiknya harus mengetahui terminologinya seperti apa, wanita mandiri tidak mendobrak kordat dan fitrah.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Ketiga pembicara sangat senang dan bersyukur atas keberadaan komunitas @HijaberTanpaJIL. Mahdavi mengatakan bahwa komunitas ini memiliki paradigma, visi ke depan yang agendanya mencerahkan umat Islam pada umumnya, terutama bagi muslimah. Rita mengatakan komunitas ini sebagai keluarga besar dan bisa saling mengingatkan jika ada saudara seiman yang tersesat di luar sana. Sedangkan Irna mengatakan dengan komunitas ini seorang muslimah merasa memiliki teman untuk bersyiar terhadap muslimah lain.
Ketua pelaksana yang juga ketua @HijaberTanpaJIL Assifa Nur menyatakan acara perdana ini hanya sebagai awal untuk acara-acara selanjutnya dengan konsep yang lebih baik lagi serta menjadi motivasi bagi @HijaberTanpaJIL untuk mensosialisasikan hal-hal yang benar mengenai permasalahan muslimah.*/Qadriany Bayyinah