Oleh: Lidus Yardi
KEMUNCULAN film Innocence of Muslims (IOM) menambah deretan bukti penghinaan dan penistaan terhadap sosok yang sangat dimuliakan umat Islam, yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam.
Azyumardi Azra, dalam catatan resonansinya di koran Republika (20/09/2012) pun menyebut bahwa film Innocence of Muslim secara vulgar telah menghina Rasulullah SAW dengan penggambaran yang nyata, didorong oleh nafsu kebencian, dendam, dan permusuhan para pembuatnya dari pada motif lain.
Nakoula Basseley Nakoula alias Sam Bacile (55 th), pria keturunan Mesir-AS beragama Kristen Koptik terbukti aktor dibalik film provokatif Innocence of Muslims. Tidak kurang dari 100 donatur Yahudi-AS ikut mendanai pembuatan film yang senilai 5 juta dolar atau setara dengan Rp.47,8 miliar tersebut. Dan film Innocence of Muslims telah menyulut kemarahan umat Islam sedunia, menewaskan Duta Besar AS untuk Libya dan tiga Stafnya. Namun dengan dalih kebebasan berekspresi, Amerika tidak berbuat apa-apa terhadap tindakan penistaan agama.
Teror Akidah
Kasus film Innocence of Muslims dan kasus-kasus penghinaan lainnya yang pernah terjadi terhadap simbol-simbol Islam oleh dunia Barat atau dari Amerika merupakan bentuk teror terhadap aqidah umat Islam. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi masa depan toleransi hidup beragama dan penanganan masalah terorisme.
Belum usai pedihnya luka teror akidah film Amerika, umat Islam kembali diprovokasi dengan karikatur Nabi Muhammad yang dimuat oleh majalah Charlie Hebdo, Prancis. Untuk kedua kalinya, setelah tahun 2006, majalah Charlie Hebdo memuat karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘alai Wassalam. Kejadian ini tentu akan mengingatkan umat Islam dengan kasus-kasus yang serupa.
Akhir September 2005 majalah Jylland-Posten di Denmark memuat 12 karikatur kartunis Kurt Westergaard yang menggambarkan Nabi Muhammad sebagai teroris dan maniak perempuan.
Tahun 2008, melalui film Fitna politikus Belanda Geert Wilders menghina kitab suci Al-Quran dengan menuduh biang kekerasan. Tahun 2010, pendeta Terry Jones yang juga ikut mensponsori beredarnya film Innocence of Muslims pernah melakukan aksi provokasi membakar kitab suci Al-Quran.
Dan bulan Februari lalu, terjadi aksi pembakaran Alquran oleh tentara Amerika di pangkalan militer AS di Bagram, Afghanistan. Tahun 1988 ada Salman Rusdhie dengan novelnya The Satanic Verses. Dalam novel tersebut ia memberi anggapan bahwa Alquran adalah kumpulan ayat-ayat setan bukan ayat-ayat Tuhan.
Pembuktian
Apa yang dilakukan oleh dunia Barat terhadap simbol-simbol aqidah umat Islam adalah suatu pembuktian. Pertama, dunia Baratlah sesungguhnya yang tidak toleransi dan menghormati hak setiap kebebasan beragama. Amerika negara besar, tapi lucunya tidak memiliki agenda mengatur kebebasan berekspresi. Kedua, idealisme kebebasan berekspresi tanpa batas yang dianut Barat khususnya Amerika tidak sejalan dengan nilai-nilai kebaikan universal. Sebab, tokoh negara dan lintas agama juga mengutuk film Innocence of Muslims dan menyebut sebagai film sampah dan menjijikan.
Ketiga, film Innocence of Muslims membuka fakta bagaimana kualitas Amerika menyikapi nilai perbedaan dan Hak Azasi Manusia (HAM) sesungguhnya. Selalu ada kebebasan untuk menghina simbol-simbol Islam.
Keempat, meminjam ungkapan Zuhairi Misrawi (Republika, 14/9), pengamat Timur Tengah, melalui film Innocence of Muslim telah menunjukkan kebodohan sebagian orang Barat (AS) dalam melihat Islam.
Mengapa simbol-simbol Islam, khususnya kitab suci Al-Quran dan Nabi Muhammad selalu dinista dan dihina? Jawabannya juga suatu pembuktian.
Pertama, bukti firman Allah SWT: “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama (millah) mereka.” (QS. Albaqarah: 120).
Juga ayat: “Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.” (QS. Ali Imran: 118).
Kedua, Nabi Muhammad merupakan sebuah fakta yang membuka mata dunia dengan prinsip aqidah yang benar dan tak terbantahkan. Allah SWT berfirman: “Wahai manusia, telah datang kepadamu bukti (fakta) yang sangat jelas dari Tuhanmu (yakni Muhammad) dan Kami turunkan cahaya terang benderang, yakni Al-Quran.” (QS. An Nisa: 174).
Tidak ada suatu ajaran yang membuka kedok kepalsuan dan kekeliruan, serta meluruskan suatu keyakinan yang dianut orang-orang terdahulu dan sekarang, kecuali Islam dengan kitab sucinya Alquran. Tidak ada bukti catatan sejarah nabi dan rasul selengkap kisah kehidupan Rasulullah SAW. Tidak heran, untuk menutupi cahaya kebenaran Islam yang mampu ‘mereka’ lakukan hanyalah menyebarkan fitnah tentang Islam dan memprovokasi umat Islam.
Lihat dan tontonlah beberapa CD/DVD debat tokoh agama Islam seperti Ahmad Deedat dan Dr. Zakir Naik dengan pendeta tentang isu keagamaan, Islam-Kristen, Alquran-Injil. Siapapun akan menilai betapa rapuhnya argumen-argumen yang ‘mereka’ kemukakan tentang aqidah ketuhanan, kenabian, kitab suci panduan agama, baik dalam tinjauan sejarah maupun perkembangan teknologi dan majunya ilmu pengetahuan. Islam selalu relevan dan mampu menjawab tantangan zaman, serta memuaskan hati dan akal pikiran.
Tidak heran, kaum intelektual, sejarahwan dan rohaniwan yang jujur mencari kebenaran tersungkur untuk mengakui kebenaran Islam. Salah satu buku referensi tentang ini yang bagus untuk dibaca adalah Pengakuan Tokoh Non-Muslim Dunia tentang Islam (2010), karya Dr. Raghib As Sirjani, penulis kitab laris Misteri Shalat Subuh (2005).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sikap Muslim
Membela Islam dan kehormatan Nabi Muhammad SAW ketika dinista dan dihina adalah harga mati bagi muslim sejati. Syeikh Ibn Taimiyah bahkan menyebut bukunya dengan judul al Syahrim al Maslul ‘ala Syatimal Rasul, pedang terhunus bagi penghina Rasulullah SAW. Ibn Abdil Barr seperti yang dikutip oleh Bachtiar Nasir (2012) menggambarkan bahwa kaum Muslimin yang tak terusik jika kehormatan Allah dan Rasul-Nya serta Islam dinodai ibarat hewan penjaga barang tuannya. Hewan ini dengan garang dan setia menjaga barang tuannya, tetapi tidak bereaksi apa-apa ketika Allah penciptanya dinista.
Maka ironis sekali jika seorang muslim rela mati hanya karena tokoh politik atau kepentingan suatu kelompok, tetapi tidak berbuat apa-apa ketika Islam dan Nabi Muhammad SAW dihina. Dari kasus film Innocence of Muslims ini, kita ingin bertanya: di mana suara vokal pembelaan kaum liberal terhadap Islam dalam kasus seperti ini?
Di atas segala upaya yang telah dilakukan, maka tidak ada cara yang paling tinggi untuk membela kehormatan Islam dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam kecuali dengan menjadikan Islam sebagai prinsip totalitas kehidupan (kaaffah), Al-Quran menjadi panduan (hudan), dan Rasulullah SAW sebagai panutan (ittiba’). Inilah sumber kebencian dan penghinaan terhadap Islam dari kaum pendengki, dan sungguh dari sana pulalah umat Islam seharusnya memulai kemuliaan. Wallahu Ta’ala A’lam!
Penulis Guru Madrasah Aliyah (MA) PP. KHA Dahlan dan Sekretaris, Majelis Tabligh PD. Muhammadiyah Kuantan Singingi, Riau