Hidayatullah.com–Lembaga pendidikan Islam diharapkan jangan menggantungkan kebutuhan pengembangan dirinya terhadap peran pemerintah. Keberadaan pendidikan Madrasah harus dilihat dari kesiapan para pelaku pendidikan Islam dalam menempatkan niatnya.
DR. Adian Husaini mengatakan hal ini terkait gagasan mengalokasikan Dana Abadi Umat (DAU) sebagai salah satu subsidi terhadap pengembangan pendidikan Islam.
“Mental ketergantungan itu tidak bagus. Yang lebih bahaya lagi harus dihindarkan, munculnya sifat dan jiwa materialis (dalam pendidikan Islam),” jelas salah satu pendiri Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini kepada Hidayatullah.com, Sabtu (29/09/2012)
Namun Adian tidak mau menanggapi permasalahan sengketa DAU yang saat ini masih dibekukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Menurutnya, kalau pun DAU itu dialokasikan bagi pendidikan Islam, maka status alokasi itu bukan bantuan dari pemerintah, tapi memang hak dari setiap institusi pendidikan Islam itu sendiri.
“Pemerintah itu tidak punya duit. DAU itu bukan hak pemerintah, tapi punya umat,” jelasnya lagi.
Anggota Majelis Intelektual Dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) juga mengingatkan, dari dulu lembaga Islam dan pesantren bisa bertahan bertahun-tahun bukan karena bantuan pemerintah. Tapi karena mereka mampu menjaga keikhlasan.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Disebutkannya, pendidikan Islam itu jihad dalam bidang keilmuan. Ketergantungan terhadap pemerintah dikhawatirkan akan melahirkan intervensi berlebihan terhadap kurikulum pendidikan Islam di madrasah dan pesantren.*