Hidayatullah.com– Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) di Dewan Perwakilan Rakyat, Catur Sapto Edy mengatakan, permasalahan intoleransi paling tinggi di Indonesia bukan karena konflik agama. Kasus konflik intoleransi di Indonesia justru peringkat pertama terjadi karena masalah Perkebunan dan pertambangan.
“Sedangkan konflik intoleransi karena isu agama berada di peringkat kelima di Indonesia,” jelas Catur dalam diskusi mengenai solusi konflik intoleransi di kantor PP Muhammadiyah, Kamis (06/09/2012) lalu.
Catur juga menyalahkan sikap pemerintah yang kurang memahami kultur masyarakatnya. Cara pandang masyarakat terhadap negaranya dan cara pandang negara terhadap rakyatnya inilah masalah dasar. Karena itu, menurutnya keadilan juga harus ditegakkan dengan kasih sayang.
Negara yang hanya tahu menyelesaikan konflik atas dasar kriminal hanya menjadikan rakyat subjek tertuduh. Harus ada sentuhan empati dari pemerintah yang akhirnya bisa mendudukan semua pihak dalam kebhinekaan. Dari situ Pemerintah bisa bermain sebagai pemersatu berdasarkan kasih sayang bukan otoriter semata.
“Kurangnya kasih sayang antara penguasa terhadap rakyatnya ini juga pemicu intoleransi,” jelasnya.
Setelah hal tersebut, Catur juga menilai gelombang hegemoni materialisme di masyarakat juga salah satu pemicu konflik Intoleransi. Masyarakat yang telah terjangkit materialisme cenderung mendorong agama yang penuh pembenaran bukan kebenaran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Materialisme yang menjadi dasar lahirnya liberalisme akhirnya membuat orang mendefinisikan agama dengan versi kebenarannya masing-masing. Alhasil dari sinilah gesekan itu bisa terjadi karena satu dan lainnya merasa paling benar dengan pembenarannya tanpa memahami kebenaran hakikinya.*